Tuesday, January 26, 2016

KIPRAH TOLANI MENGELOLA HOTEL SAPI




Bagi masyarakat yang berada di daerah Jalan Raya Tulis, Batang, Jawa Tengah, kawasan Hotel Sapi menjadi daya tarik tersendiri. Deretan truk yang bermuatan hewan ternak pun kerap mengantre untuk mengistirahatkan muatannya di hotel ini, bahkan ketika penuh. Sehingga banyak yang penasaran, seperti apa bentuk dan pelayanan yang diberikan kepada ternak, khususnya sapi saat menginap di hotel unik ini. Barangkali inilah satu-satunya hotel yang memang khusus disediakan untuk hewan ternak sapi.


Cikal bakal tercipta dan berdirinya Hotel Sapi merupakan kontribusi seorang pria bernama Tolani, ayah tujuh anak yang sudah memulai usaha ini sejak 1964. Saat itu Tolani masih berumur 17 tahun. Ia yang hanya lulusan Sekolah Rakyat ini mengaku ingin mencari uang tambahan setelah selesai bertani.

Awalnya, yang menyuruh untuk membuat kandang sapi itu adalah kepala desa. Dulu, biasanya sapi hanya diikat di pagar atau kayu di pinggir jalan. Ia pun lalu membuatkan kandang agar sapi-sapi itu lebih aman. Sejak itu banyak orang yang melihat dan tahu keberadaan kandang sapinya. Kemudian, kalau ada truk yang melintas membawa muatan sapi dari Jawa Timur dan butuh istirahat sejenak, semua orang akan menunjuk ke rumahnya.
Kemudian, tanah milik orang tuanya seluas 1.005 meter persegi pun dimanfaatkan oleh Tolani untuk dibuatkan kandang sapi yang lebih besar. Lama-lama, kandang sapi ini kerap dijadikan tempat istirahat para sopir truk yang membawa sapi dari Jawa Timur untuk dibawa ke Jakarta.
Akhirnya kandang sapi miliknya pun disebut hotel sapi, karena menjadi tempat peristirahatannya hewan sapi, khusus hanya untuk transit saja. Bangunan hotel sapi ini sebenarnya sangat sederhana. Hanya berupa los panjang terbuat dari kayu dan atapnya dari daun sirap.
Setelah sekian lama Tolani menerima sapi-sapi beristirahat di kandang miliknya, suatu ketika datanglah seorang wartawan asal Jepang mewawancarai dirinya. Wartawan itu ingin meliput kandang sapinya yang disebut hotel sapi itu karena unik. Dari situlah, makin banyak yang mengetahui hotel sapinya, tidak hanya sebatas peternak sapi atau para sopirnya saja.
Tolani bukan sekadar pionir dalam hal membuat hotel khusus untuk sapi, tapi juga ada beberapa kelebihan yang dimiliki Tolani sebagai pemilik hotel sapi di kawasannya. Tak heran kini ia bisa menampung sebanyak 200-an ekor sapi dan 20-an truk yang setiap hari hilir mudik mendatangi tempatnya. Dulu, saat pertama kali usaha ini dibuka, biaya mengistirahatkan sapi di kandangnya ini hanya Rp 1.500 per hari. Tapi sekarang biayanya sudah naik berkali-kali lipat, menyesuaikan dengan ongkos pekerjanya. Karena sapi yang diistirahatkan di tempatnya juga akan ia beri makan rumput dan air minum, bahkan dipijat kalau ada sapi yang terlihat tidak segar.
Kini, setiap truk yang berisi 20-an sapi itu ketika datang ke hotel sapi milik Tolani dikenai biaya menginap Rp 70-90 ribu per harinya. Kebanyakan yang datang ke tempatnya itu sapi-sapi yang berasal dari Jawa Timur, seperti Blitar, Probolinggo, atau dari Madura.
Setiap harinya, kakek 11 cucu ini bisa meraih untung Rp 350 ribu bila sedang sepi pengunjung. Namun bila menjelang Hari Raya Kurban, rezeki yang ditangguk Tolani dari hotel sapinya bisa berkali-kali lipat.


Kendati kini Tolani memiliki beberapa kompetitor yang memiliki usaha sejenis, apalagi kini di kawasan dekat daerahnya sudah ada sekitar 3-4 hotel sapi yang sama, ia tak gentar. Ia yakin tetap bisa bertahan, karena banyak pelanggan yang sudah percaya dengan jasanya ini.
Agar pelanggan tak lari, suami dari Wayuti ini terus berusaha memberikan banyak keunggulan dalam pelayanan. Dari jasa pijat hingga racikan obat kuat yang bisa membuat ternak sapi jadi lebih segar dan tak lelah meneruskan perjalanan jauh.
Untuk mendapatkan layanan ini tentu saja harus dilihat terlebih dulu kondisi sapinya. Saat sapi mulai diturunkan dari truk, dipilih mana yang sakit atau kelelahan supaya bisa diberikan pelayanan tambahan. Untuk obat racikannya, Tolani membuatnya sendiri dari obat warung yang dicampur dengan air putih lalu dikocok hingga rata. Atau agar lebih kuat, bisa dicampurkan lagi dengan kopi tubruk.
Tolani yang dibantu anak ketiganya, Widodo, dalam mengelola usaha hotel sapi ini, juga memberikan pijatan ekstra kepada sapi yang terlihat lelah. Untuk mengetahui sapinya lelah atau tidak, bisa didengar dari suara lenguhannya dan bisanya kakinya juga gemetar, tidak mau berdiri dan maunya duduk saja.
Tolani juga akan memberikan beberapa racikan tradisional kepada sapi yang sedang sakit. Kalau sapi sudah mulai mengeluarkan terlalu banyak air liur, langsung ia buatkan racikan dari gula merah 1 kg dicampur dengan air, lalu diminumkan ke sapi yang sakit. Biasanya dalam beberapa jam kemudian, sapi sudah mulai membaik.
Satu lagi yang menjadi kelebihan hotel sapi milik Tolani adalah, yaitu adanya sistem kepercayaan yang diberikan kepada pelanggannya. Banyak hal yang kadang terjadi di luar perkiraan sopir dan pengawal sapinya, entah itu ban meledak, atau menemui pungutan di tengah jalan. Jadi terkadang, kalau ada sopir yang tidak punya uang, boleh berhutang dulu kepadanya. Nanti setelah kembali dari Jakarta, bisa mampir lagi ke tempatnya dan melunasi hutangnya.



Banyak pengalaman menarik yang dialami Tolani selama mengelola hotel sapi ini. Misalnya, pernah kena tendang sapi dan mengurus sapi yang mengamuk. Bahkan anaknya Widodo pernah pula punya pengalaman pahit hingga tak sadarkan diri ketika perutnya diseruduk sapi dengan keras. Anak bungsu Tolani pun juga pernah sampai sobek bibirnya akibat terjatuh, saat sapi yang sedang kelelahan itu berulah. Namun semua peristiwa itu sudah dianggap sebagai bagian dari resiko dan pengorbanan yang harus ia terima dari pekerjaannya. Maka dari itu, bersama karyawannya yang berjumlah 5 orang, ia harus berhati-hati bila menghadapi sapi yang mengamuk. Sapi yang suka mengamuk itu bisanya tidak ia turunkan dari truk, tapi tetap ia berikan makan dan minum juga obat.
Sekian lama mengurus sapi, Tolani pun telah mengenal berbagai karakter sapi dan cara memperlakukan sapi. Misalnya, untuk sapi Madura itu kulitnya lebih merah. Sementara sapi asal Jawa Tengah lebih putih warnanya. Ketahanan tubuhnya pun juga beda, maka perlakuannya pun juga harus dibedakan.


Usaha peristirahatan ternak sapi milik Tolani memang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Selain kandangnya yang secara berkala diperbaiki, ia juga membuat permanen tanjakan agar memudahkan sapi turun dari truk. Karena atap kandang sapinya terbuat dari daun sirap, maka harus sering diganti kalau sudah kering. Tolani sengaja tidak memilih atap dari batako karena akan membuat panas suhu kandangnya. Menurutnya, sapi memang lebih nyaman dengan atap kandang yang terbuat dari daun sirap.
Bagi yang ingin mampir ke hotel sapinya, biasanya para sopir dan pengawal sapi akan mengontaknya terlebih dulu agar dipersiapkan kandang bagi sapi-sapi yang akan beristirahat. Kalaupun kandang sudang penuh, mereka pun tetap mau menunggu sampai bisa menginap di tempatnya.
Ke depan, Tolani ingin hotel sapinya lebih berkembang dan menjadi usaha yang diturunkan kepada cucu-cucunya kelak, sehingga usaha ini akan ada seterusnya.








reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/10/kiprah-tolani-mengelola-hotel-sapi.html
Read More