Wednesday, January 20, 2016

TETET CAHYATI POPO ISKANDAR, POPULERKAN BATIK ABSTRAK KHAS KOTA KEMBANG




Bagi Tetet Cahyati, putri kelima pelukis kenamaan Indonesia, RH Popo Iskandar, peribahasa ?Buah jatuh tak jauh dari pohonnya? amat cocok bagi dirinya. Seniman asal Bandung ini memang mengaliri darah seni sang ayah, ia berhasil membuat karya-karyanya diakui secara internasional. Bahkan meraih berbagai penghargaan, di antaranya predikat Seniman Multimedia 2010, Tokoh Pendidikan, ANugerah Inovasi Jawa Barat, serta penghagaan dari India, Praha, dan Jepang.

Tumbuh dan besar dalam keluarga berdarah seni telah membuat wanita kelahiran Bandung, 24 Desember 1963 ini tak bisa lepas dari dunia seni. Sejak kecil ia sudah sering diajak melukis bersama sang ayah. Ia juga sering dijadikan model lukisan ayahnya. Kalau ayahnya ada kesempatan ke luar negeri untuk mengapresiasi lukisan di sana, ia juga sering diajak. Ibunya R. Hj. Djuariah Iskandar juga seorang pelukis. Maka tak heran bila ia bersama kakak-kakak dan adiknya menjadi suka melukis. Tapi di antara saudaranya, yang akhirnya menekuni dunia ini hanya dirinya.

Ibu tiga anak ini pun kemudian mendirikan galeri seni pribadi pada Juli 1998. Di galerinya itu ia tidak hanya melukis, tapi juga membuat puisi dan menulis cerpen. Merasa ingin mempopulerkan dunia seni, Tetet yang juga berprofesi sebagai dosen ini lantas mendirikan sanggar seni dengan membuat kegiatan belajar bagi masyarakat awam yang kurang beruntung, seperti anak-anak yang tidak mampu dan anak-anak jalanan, agar mereka bisa produktif walaupun dalam keadaan kurang beruntung.

Keinginan Tetet membekali ilmu dan keterampilan kepada anak-anak kurang beruntung ini memang sangat diseriusinya. Hingga tahun 2014, sudah ada 12 angkatan anak-anak sanggar seni yang dibinanya. Kegiatan ini pun menjadi focus utama Tetet agar tetap bisa berkontribusi kepada masyarakat.

Seiring waktu, galeri Tetet tak hanya didatangi oleh anak-anak kurang beruntung atau anak jalanan saja, melainkan banyak juga kalangan masyarakat lain yang khusus datang ke galerinya untuk mempelajari seni yang diajarkan Tetet. Melihat apresiasi ini, akhirnya terbesit dalam pikiran Tetet untuk mengenalkan karyanya lebih luas lagi sehingga bisa dinikmati lebih banyak orang lagi.

Tepat di tahun 2007, Tetet mulai bereksperimen dan melakukan inovasi dengan mengaplikasikan karya puisinya ke dalam bentuk lukisan dan menuangkannya kembali ke atas sehelai kain. Di awal percobaan, ia mencoba membuat dua helai kain yang dilukisnya, kemudian ia potong kain itu menjadi baju. Ketika ia pakai, ternyata banyak yang bertanya lalu minta dibuatkan. Akhirnya, ia pun membuat lagi sebanyak tujuh helai kain. Dan akhirnya sampai saat ini sudah lebih dari 300-an helai kain yang ia produksi, yang berhiaskan motif lukisannya, yang kemudian ia sebut Batik Abstrak.



Menurut Tetet, apa yang dilakukannya dalam memproduksi kain Batik Abstrak, diawali berkat promosi dari mulut ke mulut. Tak ayal, pamor Batik Abstrak semakin naik. Seiring waktu semakin popular Batik Abstrak, semakin banyak pula orang yang berusaha mencari tahu mengenai Batik Abstrak dengan mendatangi galeri Tetet.

Tak hanya orang Bandung saja yang datang ke galerinya yang berada di Jalan Tirtasari III No. 9, Sarijadi, Bandung ini. Orang-orang dari luar kota dan luar negeri pun banyak yang datang. Mereka ingin tahu dan melihat langsung cara pembuatan Batik Abstrak seperti apa. Banyak juga yang bertanya apa makna setiap motif yang ia jadikan Batik Abstrak dalam sehelai kain. Menurut Tetet yang mengaku semasa remaja sempat bercita-cita menjadi penyanyi ini, setiap motif memang memiliki filosofinya masing-masing.

Tak heran bila akhirnya Galeri Batik Abstrak milik Tetet ini seolah menjadi salah sau obyek wisata kota kembang Bandung yang banyak dikunjungi para pelancong. Mereka bisa membeli kain-kain Batik Abstrak karya Tetet sebagai buah tangan. Tetet pun tidak pernah mengira akan ada banyak orang yang menaruh minat pada batik karyanya. Bahkan tak jarang ada yang datang berombongan sampai beberapa bus dari luar daerah. Turis asing pun banyak yang datang untuk mengapresiasi Batik Abstrak ini.

Batik Abstrak milik Tetet memiliki ciri khas dan tak bisa dijumpai pada jenis batik lan yang ada di Indonesia. Tidak ada motif bunga, burung, parang, atau kawung yang sarat makna. Batik yang ia buat berupa gambar abstrak dengan sapuan garis geometris yang penuh warna. Walaupun lepas dari pakem batik tradisional dan motifnya lebih abstrak, tapi untuk tehnik membatiknya tetap sama.

Selain unik dan berbeda, memang hanya Tetet seorang yang bisa mengartikan setiap motif Batik Abstrak yang dibuatnya. Misalnya, ada yang ia beri judul Cahaya Jiwa. Motifnya ia buat dari puisi Cahaya Jiwa yang menceritakan soal isu gender. Ia gambarkan, wanita sebagai cahaya untuk keluarganya, masyarakat, dunia, serta keinginannya untuk dimengerti. Maka, ia tuangkan dalam motif bulan, yang artinya ada kehidupan yang berwarna atau di balik gelap ada terang dan optimisme.

Soal dari mana datangnya inspirasi untuk mengaplikasikan pusinya ke dalam Batik Abstrak, Tetet mengaku, melakukannya cukup dengan hati. Setiap puisi yang sudah ia buat biasanya mewakili perasaannya pada saat itu, sehingga ketika ia mengaplikasikannya ke dalam batik, ia tidak menemui kesulitan lagi.





Perbedaannya dengan batik tradisional, menurut Tetet, Batik Abstrak memiliki ?nilai jual? yang berbeda. Lantaran ia harus mengurai makna dari setiap puisi yang telah ia buat, kemudian ia goreskan ke atas sehelai kain. Maka dari itu, Tetet yang menamatkan pendidikan S1 di FIP IKIP Bandung, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, kemudian menyelesaikan S2 di Jurusan Ekonomi di Universita Padjajaran Bandung ini, berniat mengembangkan Batik Abstrak agar semakin dikenal oleh banyak kalangan.

Mengerjakan dari hati menjadi tekad Tetet untuk terus berkarya tanpa mengenal lelah. Ia sejak dulu memang tidak pernah memperhitungkan, apakah Batik Abstrak-nya akan laku dijual atau tidak. Bagi Tetet, karyanya ini bukan soal nilai jual saja, tapi ini adalah caranya mengekspresikan diri ke dalam hal yang ia cintai. Baginya itu jauh lebih bermakna. Dan Tetet mengaku beruntung, karena ternyata Batik Abstrak ini diapresiasi baik tak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara.

Ya, Batik Abstrak Tetet memang sudah mendunia. Dari Amerika Serikat, Eropa, Praha, India, hingga ke sejumlah negara di Asia, Batik Abstrak banyak digemari. Masing-masing Negara memang punya kualifikasi tersendiri. Misalnya Praha, yang lebih memilih Batik Abstrak dalam bentuk scarf. Sedangkan India lebih suka kain Batik Abstrak yang memiliki corak besar dan colorful. Lalu Singapura dan Amerika Serikat, lebih menyukai Batik Abstrak dengan bahan kain yang nyaman.





Setiap tahun, Tetet selalu memiliki agenda rutin untuk menggelar pameran di berbagai belahan dunia. Sebut saja Jepang atau Cina. Bahkan di Swiss, ada sebuah galeri seni yang menjalin kerja sama dengan Batik Abstrak. Permintaan dari luar negeri memang direspons cepat oleh Tetet. Terbukti dengan rutinnya ia melakukan pengiriman ke beberapa Negara yang terus ia layani. Jepang selalu minta Batik ABstrak kain sutra. Sementara negara-negara lain tidak selalu meminta kain, tapi juga produk Batik Abstrak dalam bentuk tas, sandal, kaus. Meskipun produksinya tidak terlalu banyak, tapi peminatnya cukup banyak. Brunei Darussalam pun rutin minta dikirim sandal Batik Abstrak, sementara New Zealand lebih berminat pada kaus.

Dengan harga cukup terjangkau, kain Batik Abstrak milik Tetet dibanderol mulai dari harga Rp 100 ribu. Harganya memang bervariasi. Bila ingin didisain khusus juga bisa Tetet layani, mulai dari Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta. Biasanya ada yang minta dibuatkan produk Batik Abstrak masterpiece, atau hanya diproduksi satu saja dan tak bisa dimiliki orang lain. Rata-rata peminat dari luar negeri sangat banyak, sementara peninat dari dalam negeri biasanya dari kalangan pejabat dan selebritis.



Tetet merasa amat bersyukur, setelah menekuni Batik Abstrak selama tujuh tahun, akhirnya putra keduanya, Surya Wisesa, yang saat ini menekuni dunia fotografi, mulai memiliki minat dan hasrat yang sama dengannya. Anaknya mau membantunya menekuni Batik Abstrak. Sedangkan putri bungsunya, Ilma Puspanusa, mulai membuat desain-desain baju yang bagus untuk Batik Abstrak-nya.

Oleh karenanya, Tetet merasa tak perlu khawatir akan masa depan Batik Abstrak, yang diharapkannya juga bisa ikut dibesarkan oleh anak-anaknya. Sentuhan kedua anaknya ini juga membuat Batik Abstrak jadi terasa lebih kekinian, modern, dan memiliki jangkauan yang lebih luas. Bahkan cocok untuk generasi muda.





Tetet percaya, Batik Abstrak miliknya bisa semakin berkembang dan maju. Ia hanya ingin berkontribusi terhadap roda perekonomian negara ini. Apabila dengan produk Batik Abstrak ini ia bisa menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang, tentu ia bisa pula menciptakan banyak sumber daya yang terampil. Bila sudah begitu, maka yang maju bukan hanya Batik Abstrak saja, tapi juga ekosistemnya atau lingkungannya.

Saat ini Tetet bersama anak-anaknya masih ingin fokus membesarkan Batik Abstrak hanya di kota kembang. Memiliki gerai atau galeri di kota lain sepertinya belum bisa terealisasi. Namun apabila memang sudah tak tertampung di Bandung, bukan tak mungkin Batik Abstrak akan bisa ditemui di berbagai kota besar di seluruh Indonesia.

Perempuan aktif yang kerap mendapatkan berbagai penghargaan di bidang seni dan bidang pendidikan ini juga berharap, Batik Abstrak miliknya bisa terus mendapatkan respons positif dari banyak kalangan. Batik Abstrak juga sudah dipatenkan dan menjadi produk batik satu-satunya di Bandung. Jadi tugasnya sekarang adalah terus produktif dan tak henti mengenalkannya kepada dunia.

Selanjutnya, Tetet bercita-cita ingin melihat batik Indonesia dipakai di setiap negara, karena pasarnya yang sangat potensial. Tak menutup kemungkinan ke depannya, misalnya brand ternama seperti Louis Vuitton, bekerja sama dengan Batik Abstrak atau batik tradisional lain membuat koleksi tas bernuansa batik.



BATIK ABSTRAK BANDUNG
Contact Person: DR. Tetet Cahyati Popo Iskandar
Jl. Tirtasari III No.9 Bandung 40151
Telepon: 0818637079


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/02/tetet-cahyati-popo-iskandar-populerkan.html
Read More

DIAN EKAWATI : SUKSES BERBISNIS SUPPLIER PERALATAN SEKOLAH DARI UTANG RATUSAN JUTA



Berawal dari garis nasib yang memisahkannya dengan suami tercinta, Dian Ekawati kemudian bangkit dan berhasil membangun kembali bisnis yang diwariskan sang suami. Awal perubahan nasib Dian memang dimulai tatkala ia ditinggal pergi sang suami tercinta, Djamarudin Hamid, untuk selama-lamanya. Sebetulnya, sebagai istri seorang pengusaha, hidup Dian waktu itu sudah berkecukupan bersama Fawwaz, anak semata wayangnya, dan tiga anak tiri yang dibawa suaminya dari pernikahan pertama.

Namun, kenyamanan hidup Dian berubah drastis ketika suaminya mendadak mengalami serangan jantung dan meninggal pada 11 Maret 2009. Hari itu, Dian tengah menunggui Fawwaz yang dirawat di rumah sakit. Suaminya yang baru saja pamit padanya, tak lama kemudian kembali ke rumah sakit dalam keadaan tak bernyawa. Menurut tukang ojek yang diminta suaminya mengantarkan ke rumah sakit, suaminya keluar dari mobil sambil memegangi dada karena sakit. Mobilnya lalu ditinggal di pinggir jalan, tapi sudah sempat dikunci. Tak lama, seorang suster mengantarkan dompet suaminya ke pada Dian. Dari situ barulah ia tahu, suaminya diantarkan ke rumah sakit karena serangan jantung. Dan menurut dokter, suaminya sudah meningggal di atas motor saat perjalanan menuju rumah sakit.

Hari-hari kelabu pun mewarnai perjalanan hidup Dian. Belum hilang rasa sedih atas kehilangan belahan jiwa, beberapa hari kemudian Dian mendapat tagihan kartu kredit dan lainnya dengan jumlah total Rp 300 juta. Ternyata, sebelum meninggal suaminya sempat menggadaikan rumah dan mobil untuk mendapatkan modal usaha. Karena, klien-kliennya biasanya baru membayar setelah dananya turun beberapa bulan kemudian. Tak tahan menangis terus menerus di rumah dan tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, seminggu setelah suaminya meninggal Dian berusaha bangkit. Ia bertekad meneruskan usaha suaminya demi membayar cicilan utang yang per bulannya Rp 30 juta dan menafkahi ke empat anaknya. Kebetulan, Dian sempat bekerja di bidang marketing asuransi sebelum menikah. Dan sejak dua tahun sebelum meninggal, suaminya juga terkadang mengajaknya ke sekolah-sekolah yang menjadi kliennya.

Sebelum tinggal di Jakarta dan menikah dengan Hamid, Dian tinggal di Yogyakarta. Ia bekerja sebagai tenaga pemasaran untuk perusahaan asuransi. Beberapa kali ia juga sempat pindah ke beberapa perusahaan asuransi lain. Piawai dalam bidang ini, membuat perempuan asli Yogyakarta ini sempat mendapatkan beberapa penghargaan. Namun, setelah menikah, Dian hanya menjadi ibu rumah tangga sambil terkadang membantu urusan administrasi di perusahaan suaminya. Saat itu suaminya memang keberatan bila ia bekerja di tempat lain. Namun, pada tahun ke delapan pernikahan mereka, tiba-tiba suaminya berubah pikiran, dan justru sangat menginginkan Dian bekerja kembali. Dian mengaku, di situ ia sudah merasa aneh. Lalu suaminya juga rajin mengajaknya kala bertemu dengan klien-kliennya. Di sekolah-seolah tersebut, sang suami memperkenalkan Dian kepada para kliennya, sambil menunjukkan cara bekerja. Seolah-olah sang suami saat itu menunjukkan tanda-tanda meminta Dian untuk menggantikannya kelak.

Setelah menikah, Dian memang menuruti permintaan sang suami. Ia pindah dari Yogyakarta ke Jakarta, mengikuti sang suami yang mencari nafkah sebagai supplier peralatan pendidikan ke berbagai sekolah, seperti AC, komputer, LCD proyektor, dan sebagainya. Namun, untuk meneruskan usaha yang dirintis sang suami ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi, hampir seluruh karyawan suaminya kemudian mengundurkan diri. Apa daya, saat itu hanya usaha itulah yang bisa Dian lakukan. Tanpa banyak pertimbangan, ia segera menghubungi semua klien suaminya, memperkenalkan diri sambil menanyakan apakah ada kebutuhan peralatan yang bisa ia bantu.

Tak sedikit di antara klien yang menolak dengan alasan sedang tak membutuhkan. Beberapa dari mereka bahkan memilih pindah ke rekanan lain karena merasa tak kenal dengan Dian sebelumnya. Apalagi, Dian menolak memberikan diskon besar pada mereka. Hal yang sebelumnya dilakukan suaminya. Menurut Dian, ada klien yang minta diskon hingga 40 persen dan meminta kuitansi kosong. Namun Dian selalu menolak. Setelah beberapa waktu menjalankan usaha warisan suaminya, Dian melihat mereka-mereka yang menuruti permintaan itu, dipanggil oleh KPK karena proses pengadaannya pun bermasalah. Bagi Dian, tidak masalah kehilangam klien karena ia menolak memberikan diskon besar, yang penting usahanya bersih.

Dian pun hanya melayani sekolah yang benar-benar murni ingin berbelanja. Ia berprinsip, bagaimana caranya bisa bertahan di bisnis ini tapi tak menimbulkan dosa. Ironisnya, ada pula sekolah yang ketika ditagih mengaku tak punya utang pada almarhum suaminya, meskipun ada buktinya. Dian pun akhirnya terpaksa mengikhlaskan uang itu. Belum lagi, saat ini pemerintah juga mengawasi pengadaan barang di sekolah-sekolah dengan ketat dan melarang mereka berbelanja kecuali untuk kebutuhan penting.

Meski tak sedikit klien yang pergi, Dian tak putus asa. Toh, tak sedikit pula klien yang tetap jadi pelanggan. Ia juga merekrut banyak karyawan baru, bahkan termasuk yang baru lulus sekolah. Dian juga rajin berkeliling ke toko-toko yang menyuplai peralatan usahanya, untuk memperkenalkan diri sambil membandingkan harga dan pelayanan mereka. Bisa dibilang, ia memulai usahanya ini bukan dari nol lagi, melainkan dari minus. Pendekatan yang dilakukan Dian berbeda dengan yang dilakukan sang suami. Ia terus mencoba meyakinkan klien-klien suaminya. Bidang usaha yang digelutinya ini memang kebanyakan diisi oleh para pria. Namun, meski semua pesaingnya pria, ia tak mau mudah menyerah. Dian terus mencari calon klien baru dengan berbagai cara.

Misalnya, jika rekanan lain mampu mendatangkan barang dalam waktu seminggu, ia berani menjamin dalam 2x24 jam sejak dipesan, barang sudah sampai. Dian bersyukur, rekanan lain sulit menyamainya dalam hal ini. Dian pun rela mendapat harga yang lebih mahal dari pemasok asalkan toko itu sanggup memenuhi syarat tersebut. Setiap hari, ia bekerja jungkir balik. Pukul 06.00 pagi ia sudah keluar rumah dan baru pulang tengah malam. Dian yang punya latar belakang ilmu akuntansi ini juga rajin membaca buku kewirausahaan dan biografi pengusaha sukses. Bahkan ia bergabung dalam Tung Desem Waringin Club dan klub Robert Kiyosaki, dua nama besar di bidang motivasi.

Motivasi, semangat, dan keyakinan tinggi yang ia miliki membuat usahanya mulai menampakkan hasil. Setiap bulan, ia mampu membayar cicilan utang. Pelan-pelan, makin banyak pula sekolah yang mempercayakan kebutuhan peralatan mereka pada Dian, mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi. Kebanyakan kliennya adalah sekolah tingkat pertama. Selain memesan barang, mereka juga minta dibuatkan ruang khusus, misalnya laboratorium bahasa lengkap dengan seluruh isinya. Atau kalau memiliki ruangan tak terpakai, terkadang mereka berkonsultasi, sebaiknya digunakan untuk apa. Dian memang sering pula memberikan masukan pada kliennya soal peralatan dan ruangan. Kini, Dian juga yakin ada alasan mengapa Tuhan menjodohkannya dengan sang suami. Selama menikah, suaminya memang sering bercerita padanya tentang bisnisnya. Tapi sang suami tidak pernah menceritakan soal kliennya yang ?menembak? minta diskon besar. Dian berpikir, hal itu bisa dibicarakan dan selesai dengan baik. Namun begitu dirinya masuk sendiri ke bisnis ini, ternyata ia merasakan ganasnya yang luar biasa.

Dian mengaku awalnya sempat stres saat menjalani usaha ini, bahkan merasa tak bisa bertahan. Ia sebabnya, ia kemudian sempat terjun kembali ke bidang asuransi dan kembali mendapat penghargaan atas prestasinya. Namun, semangat untuk membayar utang membuatnya bisa melewati berbagai ujian berat sebagai supplier peralatan sekolah. Ini didukung pula dengan kesediaannya belajar dan kedisiplinannya membagi waktu untuk semua hal yang harus ia urus. Setelah tiga tahun bekerja keras, seluruh utang suaminya pun lunas terbayar tanpa ada harta warisan yang terjual. Bahkan, ia juga berhasil membiayai pernikahan kedua anak tirinya. Tapi ternyata perjuangan Dian belum selesai. Karena setelah itu,  ia dan anaknya diminta keluar dari rumah peninggalan suaminya oleh anak-anak tirinya. Meski kini ia harus mengontral rumah dan sedang mengumpulkan uang untuk membeli rumah sendiri, Dian mengaku ikhlas.

Dian mengakui, sebenarnya yang paling tidak mendukungnya meneruskan usaha sang suami adalah anak-anak tirinya. Mereka meragukan kemampuan Dian. Tapi Dian percaya, rezeki pasti akan datang selama niatnya baik. Sekarang, Dian hanya bertanggung jawab untuk membesarkan anak semata wayangnya. Dian menganggap, anaknya yang memiliki IQ 138 itu memang dikirim Tuhan untuk mendampingi hidupnya menggantikan sang suami. Sang anak terlahir indigo. Dia bisa mengetahui orang yang jahat atau tidak, dan biasanya hal itu akan diberitahukan pada Dian. Setelah keluar dari rumah peninggalam suaminya, Dian pun segera menutup usaha suaminya dan mendirikan usaha lain yang sama dengan nama yang berbeda.

Setelah usahanya berjalan selama enam tahun, omzetnya per bulan sudah menyamai omzet mendiang suaminya dulu yang di kisaran Rp 300 juta. Itu sudah termasuk bisnis mutiara dan agen perjalanan yang baru ia dirikan belakangan. Karena pembayaran klien biasanya menggunakan sistem tempo, Dian memang harus membuka usaha lain. Dan kini, rencana ke depannyaa ia juga ingin membesarkan usaha agen perjalanannya itu. Dian pun bersyukur kini kliennya sudah berjumlah 150 sekolah. Rasa peduli pada klien atas setiap keluhan dan masukan membuat mereka enggan berpaling ke rekanan lain. Dian memang harus memberikan perhatian yang lebih pada mereka, karena persaingan bisnis yang digelutinya sangat ketat. Bahkan ada juga kepala sekolah yang sudah dipindahkan ke sekolah lain, tetap memakai jasa Dian di tempatnya yang baru. Dian selalu ingat kata-kata almarhum suaminya, sebagai tenaga marketing, ibarat menembak, tapi tidak boleh sampai kehabisan peluru. Jadi, harus selalu punya inovasi dan cara agar bisa membuka hati klien supaya mereka bersedia bekerja sama dengan kita.

Sempat stagnan dalam usaha, Dian lalu rajin berorganisasi untuk memperluas jaringan dan ilmu. Selain jadi anggota Kadin, kini ia juga aktif menjadi Ketua Departemen Bina UKM di HIPMI DKI Jakarta, Bendahara Umum LP3 DKI Jakarta, dan Wakil Ketua Perdagangan Dalam Negeri HIPMI Pusat. Banyak bertemu pengusaha besar membuat wawasan dan ilmu bisnisnya semakin berkembang. Dari mereka lah, Dian belajar banyak hal sekaligus menjalin persaudaraan. Dian juga senang beberapa karyawannya yang keluar kini sukses mengikuti jejaknya berbisnis. Melihat usahanya kini maju, menurut Dian, tak sedikit mantan karyawan suaminya yang telah keluar menyesal. Mungkin mereka awalnya tak mengira Dian bisa melewati semua ini. Semangat dan perjuangannya untuk maju itulah yang membuat mereka termotivasi untuk berbisnis sendiri. Bahkan kini beberapa dari mereka sekarang usahanya sudah maju, mempunyai rumah dan mobil sendiri, padahal sebelumnya tidak punya apa-apa.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2015/02/dian-ekawati-sukses-berbisnis-supplier.html
Read More

WILLIAM TANUWIJAYA, Pemilik Toserba Online, Tokopedia.




Sebutan nekat cocok disematkan untuk mewarnai karakter William Tanuwijaya. Kalau bukan karena nekat, bisa jadi kita tidak akan pernah mengenal TOKOPEDIA. Toserba versi online ini menempati peringkat ke 54 situs yang paling sering dikunjungi di Indonesia. Ini tentu menjadi tantangan baginya untuk terus mengembangkan diri.

Sebelumnya, William tidak pernah berpikir untuk menjadi entrepreneur. Namun, hubungan kental dengan dunia maya mengantarkan dirinya pada ide membuat e-commerce marketplace. Berdua dengan kawannya, Leotinus Alpha Edison, mereka pun sepakat untuk berbisnis e-commerce marketplace seperti yang dilakukan eBay di Amerika Serikat, Alibaba di Cina, dan Rakuten di Jepang.

Ternyata bukan perkara mudah meraih kepercayaan konsumen. Saat memulai usahanya di tahun 2007, bisnis online memang belum sepopuler sekarang. Konsumen masih terbayang isu keamanan sebelum melakukan transaksi belanja online. Untuk produsen sendiri, belum banyak yang percaya bahwa Tokopedia mampu memasarkan produk mereka dengan lebih efektif dibanding iklan baris, yang saat itu memang masih zamannya.

Selain itu, investor pun masih enggan menanamkan modal karena tidak ada referensi kesuksesan pemain lokal di bisnis ini. Butuh waktu dua tahun sebelum akhirnya William menemukan investor yang berani mengambil resiko membiayai ide mereka. Setelah berhasil mendapatkan investor, William pun langsung keluar dari pekerjaan lamanya, dan serius membangun Tokopedia.

Layaknya bayi yang sedang belajar merangkak, William dan rekannya pun sempat terseok-seok ketika menjalankan bisnis ini. Di bulan pertama berdiri, nilai transaksi yang diperoleh hanya mencapai Rp 32 juta. Produk yang laris masih didominasi fashion dan clothing. Padahal saat itu, Tokopedia juga telah menjual produk gadget-gadget terbaru.

Namun, bukan entrepreneur sejati namanya kalau cepat menyerah. Dengan mengandalkan pelayanan terbaik, Tokopedia perlahan merambati hati konsumen. Di tahun 2012 bahkan total transaksi melonjak sampai 686 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Menjadi lebih besar bukan berarti tantangan yang dihadapi semakin mudah. Persaingan bisnis e-commerce marketplace dapat dikatakan cukup keras. Pesaing berat dalam bisnis ini antara lain Plaza.com, yang merupakan rekanan eBay, Rakuten, dan Multiply yang akhirnya tutup lapak. Kompetisi bisnis ini berlangsung sangat ketat. Apalagi, internet sekarang sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Kini toko online yang namanya terinspirasi dari ensiklopedia maya ini mampu meraup miliaran rupiah setiap bulannya. Berbeda dengan waktu awal berdiri, Tokopedia kini telah menjadi incaran para investor asing. Ada tiga investor yang menanam modal di Tokopedia, yaitu East Venture, Netprice, dan Cyberagent Venture. Dari ketiga investor inilah, wawasan William mengenai bisnis e-commerce makin terbuka lebar. Hingga kini, William mengaku sangat siap jika harus bersaing dengan marketplace asing seperti eBay dan Alibaba.


amura courier
: layanan jasa kurir untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Cepat, professional, dan bertanggung jawab. Tlp & sms : 085695138867



reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/09/william-tanuwijaya-pemilik-toserba.html
Read More