Monday, January 18, 2016

SUPRIYADI : PEMILIK RESTORAN INGKUNG MBAH CEMPLUK - YOGYAKARTA. Lestarikan Kuliner Ritual Bersejarah




Yogyakarta menyimpan banyak tempat bersejarah yang ramai di kunjungi pelancong, seperti keraton. Selain itu, sebagai kota budaya, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga menyimpan kekayaan kuliner yang berkaitan dengan tradisi masyarakat. Salah satunya terlihat di Desa Guwosari, Pajangan, Bantul, yang hingga kini masih melestarikan kenduri pada setiap malam ke 21 di bulan Ramadhan. Menurut Supriyadi, salah satu warga desa, tradisi ini sudah ratusan tahun dilakukan secara turun temurun. Tradisi kenduri ini membagikan berkat nasi gurih (warga setempat menyebutnya nasi wuduk) plus suwiran lauk ingkung ayam areh yang terbuat dari santan kelapa.

Pada malam selikuran (selikur artinya 21), biasanya warga desa berkumpul di rumah Pak Dukuh (kepala desa). Masing-masing membawa berkat nasi dari rumah. Sementara itu Pak Dukuh akan membuat nasi wuduk atau nasi gurih dengan lauk ingkung. Setelah didoakan oleh pemimpin agama, nasi wuduk kemudian dibagikan sedikit-sedikit kepada warga, sementara nasi yang dibawa dari rumah dibawa pulang kembali. Hari-hari bersejarah yang hanya terjadi setahun sekali itu selalu mengingatkan Supriyadi kepada almarhumah ibundanya, Ny. Suratinah, yang seorang guru madrasah. Sewaktu ia kecil, ibunya selalu membuat nasi wuduk dan ingkung ayam saat berziarah ke makam.





Ingkung ayam dengan rasa istimewa itu juga selalu mewarnai ritual hari-hari bersejarah seseorang mulai dari kelahiran hingga pernikahan dalam budaya Jawa. Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi membuat kenduri plus ingkung semakin ditinggalkan. Orang lebih suka membagi kue atau sembako yang lebih praktis. Menurut Supriyadi, hal ini lambat laun bisa menggerus tradisi membagi bancakan/kenduri. Dari sinilah, terbetik di benak ayah 3 anak ini untuk mengangkat kembali kuliner tradisional ingkung ayam. Dengan niat ingin melestarikan kuliner ritual bersejarah itu, Supriyadi yang sebelumnya sukses berbisnis ikan wader (semacam baby fish) membuka rumah makan ingkung ayam kampung di rumahnya. Ia membuka rumah makan itu pada Juni 2013, setelah berhasil keluar sebagai pelaku UMKM terbaik ke-2 tingkat nasional.

Sepulang dari mengikuti pameran produk wader di Thailand dan Malaysia, ia memang sudah mantap untuk membuka usaha rumah makan di rumahnya sendiri. Ia memakai nama rumah makan Mbak Cempluk, yang merupakan nama panggilan ibunya sewaktu kecil. Sebelumnya ia punya lima kandidat nama rumah makan, tetapi semuanya terdengar kurang familiar di telinga. Hingga kemudian ia mendapatkan nama kecil ibunya dari kakak perempuan si ibu. Lokasi rumah Supriyadi sebenarnya tidak begitu strategis. Masuk ke dalam dusun dan di pinggir sawah. Supriyadi saat itu memang tidak sanggup menyewa tempat di pinggir jalan raya yang amat mahal. Tapi siapa sangka, lokasi yang tergolong di ?pedalaman? itu tak menyurutkan minat pembeli memburu ingkung ayam Mbah Cempluk. Setiap hari, khususnya weekend dan hari libur nasional, tamu yang datang tak pernah berhenti, hingga jalan pedesaan dekat rumahnya dipenuhi mobil berderet.





Tak hanya makan ditempat, pembeli pun bisa memesan untuk dibawa pulang. Perkantoran dan masyarakat yang hendak mengadakan acara syukuran sering memesan ingkung kepadanya. Lantas, apa kuncinya hingga ingkung ayam kampungnya diburu ? Supriyadi selalu mengutamakan rasa dan pelayanan yang baik. Soal rasa, ia memang tidak main-main. Sebelum rumah makannya dibuka, Supriyadi mendatangkan tiga koki khusus pembuat ingkung tradisional yang biasa memasak ingkung di desanya. Dari ketiga koki itu, ia hanya memilih satu. Namun dua yang lainnya tetap ia pekerjakan. Untuk pelayanan, Supriyadi belajar dari berbagai rumah makan yang pernah ia datangi. Ia mengambil yang positifnya saja perihal bagaimana melayani tamu. Ia sama sekali tidak memakai konsultan.

Untuk manajemen usaha, pria lulusan SMA ini mempekerjakan minimal 15 orang dengan keahlian masing-masing. Ada satu karyawan khusus penerima tamu yang akan mencatat menu yang diinginkan tamu. Kunci untuk mendatangkan pembeli dimulai dengan mengundang tamu-tamu dari perkantoran dan koleganya. Satu undangan berlaku lima orang. Setelah pembukaan, ia memberi diskon 50 persen. Dari sanalah promosi kemudian berjalan lewat mulut ke mulut. Ditambah lagi, Supriyadi juga membuat website. Dengan bermodal Rp 60 juta, kini per hari Supriyadi bisa menjual 50 hingga 60 ingkung gurih. Selain itu ia juga menjual ingkung goreng dan bakar, dan melengkapinya pula dengan 10 menu andalan lainnya, yakni berupa aneka olahan ikan.





Untuk bisa mencicipi ingkung di waktu weekend, calon pembeli biasanya telepon atau kirim SMS lebih dulu, agar saat datang tidak menunggu kelamaan. Cara seperti itu juga agar jangan sampai ada pelanggan yang sudah jauh datang dari luar kota, tapi ketika tiba di tempat sudah kehabisan. Harga ingkung ayam sendiri bisa berubah setiap saat. Tergantung besarnya ayam yang tersedia. Kalau ayam kecil harganya Rp 90.000. Tapi kalau mendapat ayam besar, harganya bisa Rp 125.000. Untuk mencapai Desa Guwosari, dari kota Yogyakarta pembeli bisa menuju arah Kabupaten Bantul. Sampai di Masjid Agung belok ke kanan, kemudian lurus terus dan memasuki jalan desa. Rumah Makan Mbah Cempluk pun mudah ditemukan. Hanya saja sekarang, tamu dari kota Yogyakarta tidak perlu jauh-jauh datang ke desa. Pada pertengahan 2014, Supriyadi telah membuka dua cabang rumah makannya. Satu di kawasan Jl. Kabupaten, Kabupaten Sleman (tak jauh dari Kantor Pemkab Sleman) dan satu lagi di Jalan Kaliurang Km 16, Sleman.

Rumah Makan Ingkung Mbah Cempluk di Jalan Kaliurang dibuka beberapa hari menjelang Lebaran 2014, bertepatan dengan puncak arus mudik. Meskipun saat itu belum 100 persen selesai pembangunannya, tapi sudah kebanjiran pembeli. Target Supri ke depannya adalah memiliki banyak cabang Rumah Makan Mbak Cempluk, agar bisa membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan. Pula dari sisi agama, artinya juga bisa membagi rezeki.





Kesuksesan Supri berjualan ingkung, mau tak mau diikuti beberapa pebisnis lain yang menjual dagangan serupa di kawasan Bantul. Namun Supri sama sekali tidak mempermasalahkan. Sementara itu bisnis wader yang pernah menjadi andalannya, kini dikelola istrinya, Ratmiati, dan dibantu tiga karyawan. Setiap harinya ia mengolah 100 kilogram wader. Perintis bisnis wader ini sebenarnya adalah si ibu mertua. Supri hanya membantu memasarkan dan mengembangkannya. Oleh karena itu, di Rumah Makan Mbah Cempluk pun juga terdapat menu wader sambal hijau.









reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/09/supriyadi-pemilik-restoran-ingkung-mbah.html
Read More

RATU BILQIS, Sukses Berbisnis Hijab Bentuk Syar'i




Di tengah maraknya hijab modis, munculnya tren hijab syar?i (berpotongan lebar dan tak mengekspos leher maupun bentuk badan) cukup menarik perhatian. Salah satu pelopornya adalah Ratu Saskia Bilqis. Ratu memutuskan berhijrah dari hijab modis ke hijab syar?i sepulang umrah di tahun 2012. Rupanya keputusan ini membawa berkah. Pemilik usaha hijab Ratu Bilqis ini semakin yakin rezeki datang karena pilihannya menjalankan syariat agama secara konsekuen dan bertanggung jawab pada Allah SWT.

Menurut Ratu, kesuksesan bisnis hijab Ratu Bilqis yang dijalaninya ini karena diawali dari niat pribadinya yang ingin menutup aurat sesuai syariat. Ratu yang mengaku awalnya sempat waswas saat mau memakai hijab yang syar?i ini akhirnya berani melepas jilbab modis yang biasa menemani penampilannya. Bahkan, ia juga memutuskan melepas kariernya sebagai pekerja kantoran untuk mulai berwirausaha bersama ibundanya, Evi Sulastri. Kebetulan pula, sang ibu yang telah pensiun dari pekerjaannya ini, memang pernah membuat sendiri dan mengetahui cutting serta beberapa model hijab syar?i.




Sebelumnya, ibunya yang mengelola toko busana anak, dewasa, juga hijab, setiap hari harus pulang pergi mengontrol toko dan mengurus rumah, yang sering membuatnya mengeluh capek. Akhirnya toko milik sang bunda itu pun nyaris ditutup, karena tidak ada lagi yang sanggup mengurus. Ratu pun berniat mengambil alih usaha ibunya itu pada tahun 2012. Tak lama kemudian, beberapa teman yang ditemuinya saat umrah mengontaknya. Mereka suka dengan hijab yang ia kenakan saat umrah dan berniat mau memesan model hijab seperti itu.

Langsung saja Ratu mengiyakan pesanan itu. Tak disangka, inilah awal hijab Ratu Bilqis mulai berjaya. Dari mulut ke mulut, rekan-rekan pelanggan mulai memesan hijab syar?i buatan Ratu. Bahkan jumlah pesanannya itu tidak tanggung-tanggung. Ada yang memesan beberapa seri warna dan aneka bahan sekaligus. Juga model seperti twist half. Bisnisnya pun mulai bergulir dari pesanan kenalan ke kenalan.

Saat memilih menjadi pengusaha, Ratu tak segan ?mengetuk pintu? teman-teman juga kenalan yang diharapkan mau membeli hijab kreasinya, khususnya kepada teman-teman yang sehari-hari sudah mengenakan kerudung syar?i. Selain itu ia menawarkan juga lewat twitter @ratubilqis dan instagram @ratubilqisyari. Diakui Ratu, sempat juga muncul stigma bahwa bentuk hijab syar?i sangat tak biasa. Namun, Ratu tetap berusaha gigih memasarkannya. Sampai suatu ketika Ratu mampu meng-endorse penulis buku ?Udah Putusin Aja ??, Emeralda Noor Achni untuk mengenakan hijabnya. Menurut Ratu, penulis itu juga termasuk selebritas Twitter yang berhijab syar?i. Dengan demikian, ia bisa sekalian terbantu dalam hal promosi. Sejak itu produk Ratu Bilqis pun mulai dikenal lebih luas lagi.




Untuk mengembangkan usahanya, Ratu berpikir menggunakan strategi pemasaran yang tidak biasa. Salah satunya dengan menggelar rally share (strategi penjualan di instagram, di mana pemilik men-share produk dan mana yang lebih dulu habis). Ternyata strategi itu sangat menguntungkan. Dalam hitungan menit saja, produk yang dishare-nya sudah habis. Ratu pun sangat takjub menyadari produknya sangat diterima masyarakat. Perkembangan bisnisnya ternyata semakin menguntungkan. Saat ini, sekali melakukan rally share, ia bisa mendapatkan omzet Rp 200 juta dalam sehari.

Strategi lain, Ratu menjual dengan cara open house. Ia mengundang para buyer lewat Instagram. Di situ ia mencantumkan tanggal, jam, juga beberapa barang yang akan dijual. Tak disangka yang datang cukup banyak, bahkan ada yang dari luar kota mulai dari Bogor, Bandung, Depok, hingga Papua. Para pembeli saling berebut barang produksi Ratu. Hanya 15 menit open house dibuka, setengah dari barang yang dijual sudah habis. Sempat ada yang komplain karena kehabisan barang. Namun Ratu menjelaskan bahwa produknya memang limited. Ia memang tidak ingin model maupun warna produknya terlihat pasaran.

Kini, Ratu yang bertekad tetap setia di jalur hijab syar?i, boleh berbangga produknya laris manis diminati banyak pengguna hijab syar?i di seluruh Nusantara. Bahkan ia sampai harus menolak permintaan distributor yang ada di Jatinangor, Cirebon, Depok, Medan, dan Cilacap, termasuk distributor online yang ada di Singapura. Ini untuk menjaga agar distributor yang sudah ada tak kecewa, khawatir kualitasnya akan turun.

ratu bilqis syar'i

@RATUBILQIS_
reach me at Line : ratubilqis | IG: ratubilqisyari , ratubilqis_singapore |bbm : 2A452EDF (FULL)




reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/08/ratu-bilqis-sukses-berbisnis-hijab.html
Read More

HJ. MORA NASUTION. Pemilik Usaha Rumah Makan Mandailing di Jakarta.




Karena rindu akan masakan kampung halamannya di Panyabungan, Tapanuli Selatan, Hj. Mora Nasution membuka rumah makan khas Mandailing sejak 2012 silam. Dengan lokasi strategis di Jl. Pasar Minggu, Depok, Mora melihat usaha ini bakal cerah. Rumah makan dengan citarasa khas Mandailing di Jakarta memang masih jarang. Padahal, warga Mandailing di Jakarta dan sekitarnya cukup banyak, meski tempat tinggal mereka saling berpencar.

Mora sempat bertanya dalam hati, apakah usaha rumah makan yang akan ia buka ini hanya bisa meraih pengunjung warga Mandailing saja ? Berbeda dengan rumah makan Padang yang penggemarnya sangat banyak, menu Mandailing memang belum banyak dikenal. Padahal, jarak kota kelahiran Mora dengan Padang lebih dekat ketimbang ke Medan. Namun, Mora berusaha meyakinkan diri usaha ini bakal lancar, sekaligus ingin mengenalkan masakan Mandailing.

Begitulah, berbekal resep dari sang bunda, Mora lalu meracik masakan khas Mandailing sebagai menu utama. Yang paling khas adalah rendang belut. Prosesnya belut diasap dulu sampai kering, kemudian baru dimasak dengan bumbu rendang. Selain itu ada pula lele asap dan ikan asap. Setelah diasap, barulah dikasih bumbu. Untuk rendang, bumbunya terbuat dari parutan kelapa yang disangrai dengan rempah-rempah, selanjutnya baru dihaluskan. Memang cara membuatnya agak rumit. Ada juga lele gulai dan balado. Andalan lainnya adalah, ayam kampung kalio dan arsik.





Mora memang menyajikan banyak pilihan menu. Dalam sehari ia bisa memasak 25-30 menu. Untuk sayuran, Mora juga menyajikan beberapa varian. Ada daun singkong tumbuk, yang juga jadi ciri khas masakan Batak Toba dan Karo. Lalu, tumis kembang pepaya, pakis, dan rembung, kacang panjang tauco. Ada pula semangge atau sejenis rumput sawah yang bisa dimakan.

Sebelum membuka usaha rumah makan ini, Mora sempat sukses berbisnis chicken crispy. Tapi belakangan usaha tersebut terpaksa ditutup karena banyaknya pesaing. Nah, ketika membuka rumah makan Mandailing inilah, usaha Mora malah cepat berkembang. Awalnya ia mempromosikan usaha kulinernya lewat jejaring sosial. Langkah paling taktis, ia sengaja mengundang grup Mandailing ke rumah makannya. Promosi dari mulut ke mulut pun terus bersambung, sampai akhirnya rumah makan Mora cepat dikenal.

Banyak warga Mandailing yang datang dari berbagai kawasan di Jakarta dan sekitarnya. Mereka datang sekeluarga tiap Sabtu-Minggu. Tanpa disangka, pembeli umum pun juga banyak yang suka. Kebetulan juga lokasi rumah makannya dekat dengan perkantoran. Hingga pada hari kerja, banyak orang kantor yang suka singgah makan di tempatnya. Bahkan Mora pun sudah mempunyai pelanggan yang setiap hari selalu datang. Menurutnya, jumlah perbandingan pengunjung warga Mandailing dan umum adalah fifty-fifty.

Rumah makan Mora juga berfungsi sebagai tempat kumpul-kumpul pelepas rindu. Baik untuk acara arisan, reuni, atau sekedar kumpul keluarga. Itu sebabnya, Mora juga menyediakan minuman dan kue khas Mandailing. Untuk minuman ia menyediakan kopi takar atau kopi batok. Kopi yang ia datangkan dari Mandailing ini gelasnya terbuat dari batok. Rasanya sangat khas. Pengunjung bisa memilih memakai gula pasir atau gula aren untuk bahan adukannya.





Kini untuk hari biasa, rumah makannya bisa kedatangan 100 orang per hari. Sementara Sabtu-Minggu jumlahnya cukup meningkat. Rata-rata pengunjung yang datang mengaku sudah cocok dengan menu Mandailing. Mora bersyukur, usaha ini sudah sesuai harapannya. Bahkan, sekarang rumah makan Mandailing yang dikelolanya sudah ada di dua tempat, yang masing-masing dibantu oleh 5 karyawan.


Rumah Makan Mandailing 1 : di Jalan Poltangan Raya No. 10, dan Mandailing 2 : di Jalan Tanjung Barat Raya Kav. 83, Pasarminggu, Jakarta Selatan.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/07/hj-mora-nasution-pemilik-usaha-rumah.html
Read More