Tuesday, February 2, 2016

BAKEALICIOUZ, Brownies Karya Mia Sekardelia. Tawarkan Brownies Dengan Harga Premium




Bakealiciouz menjual brownies melalui media sosial. Berbeda dengan brownies lainnya, brownies yang ditawarkan adalah jenis fudgebrownies. Fudge brownies memiliki tekstur yang lebih kokoh dan rasanya lebih chewykarena menggunakan Dark Chocolatte Compound. Selain itu, permukaan kue juga semakin menarik karena muncul retakan-retakan. Proses pembuatan fudgebrownies ini memang sedikit berbeda dengan brownies umumnya.

Mia Sekardelia adalah pemilik Bakealiciouz. Keahlian ibu dua anak ini dalam membuat brownies bermula dari acara keluarga. Kemudian banyak teman dekat yang memesan untuk dibawa ke acara keluarga mereka atau untuk acara lain. Ternyata, semakin lama pesanan semakin banyak, sampai kemudian ia berpikir untuk coba menekuni bidang usaha ini lebih serius. Berbekal modal seadanya, Mia mulai memasarkan fudge brownies di bawah bendera Bakealiciouz tahun 2011 lalu. Dari mulut ke mulut, kini pengirimannya sudah ke seluruh Indonesia. Malah ada beberapa pelanggan yang rutin setiap bulan memesan produk Bakealiciouz.



Meski sudah memiliki pelanggan tetap, Mia tidak berhenti melakukan inovasi. Bila awalnya menawarkan fudge brownies original, chocomelt, creamcheese, extreme fudgebrownies, di tahun 2014, Bakealiciouz juga memiliki fudge brownies Nutella, hersey?s, Kitkat, greentea, Toblerone, healthy fudge brownies, dan fudge brownies 2 juta.

Healthy fudge brownies mulai dipasarkan pertengahan tahun 2014. Awalnya karena banyaknya pecinta hidup sehat, tapi tetap ingin makan fudge brownies. Sementara fudge brownies 2 juta, yang namanya membuat heboh ini, dibuat spesial sebagai hadiah. Jadi pelanggan bisa memesan dan mengirimkan fudge brownies dengan bahan dasar dan kemasan premium. Selain itu pelanggan juga dapat menuliskan pesan pada kemasan fudge brownies ini. Maka, setiap penerima akan merasa diperlakukan spesial oleh pengirimnya. Mia mulai menjual fudge brownies dari harga Rp 70.000






reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/11/bakealiciouz-brownies-karya-mia.html
Read More

PEA AND PIE, Party Planner Dengan Sentuhan Personal.



Tiga sekawan, Melissa Stella, Innez May Gianis, dan Florentina Fonggo mempunyai ketertarikan yang sama, yakni pada segala hal yang detail, cantik, dan unik. Lalu mereka mencoba mengaplikasikan ketertarikan tersebut dalam merancang ulang tahun Inez yang dirayakan pada bulan April 2011. Mereka membuat meja-meja yang diisi hiasan yang detail, personal, dan unik. Ternyata respons dari teman-teman yang diundang positif. Banyak yang menyukainya. Dari situlah, Melissa, Innez, dan Florentina mencoba mengambil peluang dengan menjadikannya sebagai bisnis, yang menurut mereka, saat itu masih jarang. Meskipun, saat itu ketiganya juga tak punya pengalaman sama sekali di bidang event organizer sebelumnya. Mereka hanya belajar dari berbagai blog atau website party planner. Akhirnya pada bulan Mei 2011, mereka pun sepakat mendirikan Pea and Pie. Mereka kemudian mengenalkan usahanya itu lewat promosi dari mulut ke mulut dan media sosial, antara lain Facebook.


Awal Pea and Pie diperkenalkan ke publik, kemampuan mereka sempat diragukan. Pea and Pie masih dianggap seperti anak kecil yang belum punya pengalaman. Mereka kemudian bertekad membuktikan kemampuan mereka seiring berjalannya waktu. Pacar salah satu teman mereka menjadi klien pertama Pea and Pie. Rupanya, si klien ingin memberikan kejutan untuk teman ketiga sekawan ini yang akan berulang tahun. Surprise party diadakan di rumah si teman. Jadi, pada saat teman mereka tidur, mereka harus diam-diam menyiapkan dekorasi untuk si teman sebelum terbangun. Acara tersebut pun berjalan sukses, dan memberikan kesan yang baik bagi si teman dan pacarnya. Klien pertama ini lalu merekomendasikan Pea and Pie ke teman-temannya yang lain. Dari sinilah perlahan usaha mereka mulai dikenal. Saat ini yang menjadi klien Pea and Pie kebanyakan berasal dari kalangan menengah atas, mulai dari remaja, orangtua, pasangan yang baru menikah, artis, pejabat, dan perusahaan. Acara yang mereka tangani antara lain baby shower, bridal shower, engagement, birthday party, wedding, dan sebagainya.


Dalam sebulan, biasanya minimal ada 6-8 acara yang ditangani. Pea and Pie selalu memberikan dekorasi yang berbeda-beda untuk setiap klien. Karena mereka menganggap setiap klien spesial dan memiliki personalisasi yang berbeda-beda. Dan juga dekorasi yang mereka berikan selalu detail. Namun, menurut mereka sebaiknya klien memesan sejak dua bulan sebelumnya. Dengan begitu mereka bisa mengetahui apa yang dibutuhkan klien dan tema apa yang sesuai. Setelah itu, barulah Pea and Pie akan memberikan proposal dekorasi yang akan dikerjakan. Meski demikian, mereka cukup sering mendapat pesanan dadakan. Namun untungnya, terkadang dekorasi yang dibutuhkan tidak terlalu sulit, sehingga tidak membuat mereka panik. Jika pesta yang diadakan cukup besar, mereka pun harus lembur bahkan sampai begadang, serta kewalahan saat memesan bunga. Sebab, idealnya memesan bunga itu minimal seminggu sebelum acara.


Dari sekian banyak pesanan yang datang, yang paling mengesankan bagi ketiganya adalah saat mengerjakan pesanan hingga ke Bali. Mereka tentu sangat senang bila klien benar-benar puas dan suka dengan hasil kerja mereka. Sejauh ini memang belum pernah ada permintaan klien yang sulit atau aneh. Karena biasanya, jika ada sedikit kesulitan, seperti misalnya menggelar pesta dengan tema Maroko, pasti ada saja jalan keluarnya. Mereka pun berharap, Pea and Pie bisa dikenal juga sampai luar negeri.


PEA AND PIE

Feel free to contact us at:

Mobile: +62 8389 3131 793
Email: peaandpie@hotmail.com
instagram // twitter : @peaandpie




reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2015/05/pea-and-pie-party-planner-dengan.html
Read More

WARUNG ANGKRINGAN GARENG-PETRUK, YOGYAKARTA : Murah Meriah Tapi Tetap Enak Dan Layak Konsumsi




Bisnis angkringan di Yogyakarta kini bukan lagi monopoli kaum pinggiran. Sajian nasi kucing plus aneka lauk pauknya ternyata disukai pula berbagai lapisan masyarakat. Tak heran, bisnis ini menjamur dengan cepat karena potensi keuntungan yang cukup menggiurkan. Pesona manisnya bisnis angkringan itulah yang juga telah memikat hati Paulina Novi Budiningrum untuk membuka warung angkringan. Warga Gowongan, Yogyakarta ini nekat menjadi pedagang warung angkringan di Jalan Mangkubumi, sejak tahun 2011 lalu. Novi, begitu sapaannya, kala itu memanfaatkan momen libur Lebaran untuk membuka usahanya. Di kala itu, pedagang angkringan di Jalan Mangkubumi dan Jalan Malioboro rata-rata tidak berjualan, sehingga ketika ia berjualan, baru beberapa jam saja dagangannya sudah ludes. Novi memakai brand angkringannya Gareng-Petruk, dengan tagline ?Rasamu Ya Rasaku?.

Sebelumnya, Novi adalah pengusaha kafe di pelataran parkir Monumen Jogja Kembali sejak tahun 2006 hingga 2008. Sayangnya, meski kafenya banyak didatangi pembeli, tetapi ia justru sering nombok. Karena, banyak pelanggan yang datang, hanya memesan satu gelas minuman, lalu menikmati live music sampai beberapa jam. Sementara setiap bulan ia harus membayar karyawan, sewa tempat, dan listrik. Secara hitung-hitungan, ia malah rugi. Ditambah lagi, lama-lama ia juga kurang sreg dan risih melihat cara berpakaian atau ulah pelanggan yang datang. Akhirnya, Novi pun memutuskan mengoper kafe itu ke orang lain saja.


Sebelum meninggalkan bisnis kafe, Novi telah melakukan survei untuk membuka bisnis baru. Ia mengamati bisnis angkringan ternyata pembelinya cukup banyak. Lalu ia pun mencobanya dan ternyata benar. Baru semalam buka saja, sudah laris. Namun Novi pun tetap berusaha untuk selalu mensyukuri bisnis angkringannya ini, meski pembelinya sedikit. Karena ia percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan. Ia membuka warung angkringannya sejak pukul 16.00 hingga tengah malam. Bahkan, bila sedang ramai, bisa sampai pukul 01.00 dini hari.

Selama dua bulan pertama, rupanya warung angkringan Novi diam-diam diamati para supplier nasi bungkus dan lauk-pauk. Mungkin, melihat warungnya laris, satu per satu supplier itu lalu datang untuk menitipkan nasi bungkus, lauk-pauk, dan panganan lain. Dari sinilah, Novi merasa tak perlu lagi memasak sendiri. Ibarat gula, semutnya sudah berdatangan sendiri. Awalnya hanya 20 supplier, kini tak kurang dari 50 supplier makanan menjadi rekan kerja Novi. Ibu 4 anak ini tinggal menyiapkan minuman, sendok, dan piring. Semuanya memakai sistem konsinyasi. Bila masih ada sisa akan dikembalikan, dan kalau kurang ia tinggal telepon kemudian barang tambahan segera diantar. Sistem bayarnya pun juga langsung. Begitu warung tutup, supplier banyak yang sudah menunggu untuk menerima bayaran. Jadi, Novi pulang tinggal mengantongi keuntungan.


Kendati bisnis kelas angkringan, Novi tetap menerapkan pengelolaan yang profesional. Ia membuat aturan, makanan yang disetor harus nikmat dan berkualitas baik. Salah satu karyawannya dipercaya melakukan test food setiap harinya. Selain test food, ia juga menghitung jumlah setoran dagangan. Tiap ada yang menitipkan nasi atau lauk, akan dicicipi dulu. Misalnya, menitipkan 50 bungkus nasi atau mie, maka supplier harus membawa 51 bungkus, karena yang satunya buat dicicipi. Kalau lezat dan barangnya baik, langsung diberi tanda terima. Kalau tidak layak, akan ditolak secara halus dan dipinta agar rasa dan kualitasnya diperbaiki. Meskipun kelas angkringan yang image-nya murah meriah, tapi bagi Novi makanannya tetap harus enak dan layak konsumsi.

Novi menceritakan, pernah ada makanan yang disetor supplier dalam kondisi baik, tapi menjelang malam ada pembeli yang komplain. Ternyata, makanan itu sudah agak basi. Langsung saja ia turunkan makanan itu dan tidak menjualnya lagi. Besoknya supplier itu ia tegur. Novi pun juga selalu menghitung jumlah makanan yang disetor supplier. Karena kendati sudah ber-partner lama, ternyata masih ada pula supplier yang nakal dan curang. Dulunya, Novi begitu percaya saja pada supplier. Akhirnya supplieryang seperti itu pun menyingkir dengan sendirinya. Novi tidak membatasi jumlah nasi atau lauk yang disetor. Berapa saja ia terima asal mau menanggung resiko kalau tidak habis. Tapi biasanya, semua makanan yang dijual di warungnya selalu ludes. Kini Novi menyediakan sedikitnya 10 jenis nasi bungkus dengan berbagai lauk, antara lain nasi kucing, nasi bakar, nasi usus, nasi galak, dan lainnya.


Soal brand Gareng-Petruk, Novi mengaku itu pemberian seorang tetangganya. Ia disarankan memakai nama brand Gareng-Petruk karena itu merupakan tokoh punakawan dalam pewayangan yang amat terkenal. Nama itu pun mengandung maksud harapan bahwa Gareng nantinya akan nyeneng-nyeneng(menarik-narik pembeli) dan Petruk yang celuk-celuk(memanggil-manggil pembeli). Ternyata terbukti, banyak pembeli yang datang ke warung angkringannya. Bahkan semua tikar yang digelar kadang kurang, sampai pembeli harus duduk di trotoar jalan. Kini, nama warung angkringannya juga sudah beredar di media sosial lantaran para penyuka kuliner sering mencantumkan warungnya sebagai destinasi wisata kuliner yang ada di Yogyakarta. Padahal, menurut Novi, masih ada angkringan yang jauh lebih dulu hadir. Novi yang hanya bermodal awal Rp 3 juta plus gerobak angkringan, kini mampu mengantongi jutaan rupiah per malam. Bahkan keuntungannya berlipat bila ia menerima pesanan dari instansi pada acara-acara tertentu.

Misalnya saat ulang tahun sebuah bank, ia diminta memindahkan angkringannya ke kantor bank tersebut. Semua makanan yang ia jual akan diborong untuk santapan karyawan di sana. Risikonya, ia tidak bisa berjualan di Jalan Mangkubumi dan membuat pelanggannya kecewa. Di sinilah, Novi merasa harus memiliki dua gerobak. Jadi bila harus memindahkan angkringannya ke perkantoran, ia tetap bisa berjualan di tempat biasanya. Keuntungan juga tambah berlipat bila ada yang memesan via telepon. Meski ia belum membuka layanan antar, tapi si pemesan mau mengambil sendiri ke rumah atau warungnya. Selain mengantongi keuntungan besar tiap bulannya, Novi kini juga sedang berpikir untuk membuka cabang agar bisa dikelola suaminya. Karena ia dan suami saat ini memang sedang membutuhkan banyak uang untuk membiayai kuliah anak-anak. Apalagi, anak sulungnya saat ini sedang kuliah di Teknik Kedokteran di Jerman. Meski sang anak juga menyambi kerja selama di sana, tapi Novi tetap mengirimkannya uang. Novi bersyukur sampai saat ini Tuhan selalu mencukupi kebutuhan hidupnya, dan ia juga bisa menjadi saluran berkah bagi orang lain lewat usaha angkringannya.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2015/10/warung-angkringan-gareng-petruk.html
Read More

DONNA AGNESIA : Investasi Bisnis Perkebunan dan Peternakan Untuk Masa Depan




Sekarang ini presenter dan bintang iklan cantik, Donna Agnesia memang sudah memutuskan untuk membatasi pekerjaannya di dunia hiburan. Hanya seminggu sekali ia siaran acara sepak bola di televisi. Jadi terasa lebih santai kerjanya. Ia berpikir, anak-anaknya yang semakin besar sangat membutuhkan perhatian ekstra dari orangtuanya. Apalagi si bungu Sabrina yang baru masuk taman bermain, mengancam tidak mau sekolah kalau bukan ia yang mengantar.

Di sela waktunya menemani anak-anak, Donna menyibukkan diri dengan banyak hal. Salah satunya, membantu bisnis event organizerCataluna Sportindo milik sang suami, Darius Sinathrya. Selain itu Donna juga masih punya segudang mimpi di dunia bisnis, mulai dari bisnis daycare hingga peternakan. Ia memang tertarik di bidang bisnis yang bisa untuk jangka panjang, karena sadar dunia entertaintment tidak abadi. Jadi, saat ini Donna bersama Darius sedang dalam tahap menabung dan investasi.

Namun, lika-liku anak kedua dari tiga bersaudara ini di dunia bisnis juga tak selalu mulus. Dulu Donna sempat mencicipi manisnya bisnis kuliner. Sayang, bisnis tersebut tak bertahan lama. Gantinya, kini Donna tengah merintis bisnis perkebunan dan peternakan. Ide itu tercetus lantaran Donna dan Darius memang suka bercocok tanam. Bahkan, perempuan berdarah Manado ini sempat bercita-cita menjadi insinyur pertanian. Maka wajar bila ia dan Darius berkeinginan untuk membuka sebuah usaha farm, yang akan dinamakan Sinathrya Farm.

Demi merealisasikan mimpinya tersebut, Donna rajin menyisihkan penghasilannya untuk membeli sepetak demi sepetak tanah. Dan hasilnya, sekarang Donna sudah memiliki perkebunan seluas 6 hektar yang ditanami pohon kayu jabon, jati, serta ubi jalar di daerah Kabadungan, Sukabumi, Jawa Barat. Donna menceritakan, lahan perkebunannya sangat bagus dan berbukit-bukit. Udara dan airnya juga masih segar dan jernih. Menurut Donna perkebunan itu adalah investasi jangka panjangnya yang belum bisa dinikmati sekarang. Untuk jabon saja butuh waktu 5 tahun, sedangkan jati butuh 7 tahun untuk tumbuh lebat. Kelak, bila ia dan Darius sudah pensiun dari dunia hiburan, mereka ingin menjadi petani di sana.

Uniknya, Donna turut memberdayakan warga kampung sekitar untuk bekerja di perkebunannya. Ia memang menginginkan, perkebunan itu tidak hanya berguna bagi keluarganya saja, tetapi juga bisa dirasakan oleh warga kampung sekitar. Donna pun berencana membuat vila mungil di tengah perkebunan itu sebagai rumah peristirahatannya. Selain perkebunan, Donna juga baru memulai usaha peternakan ayam di daerah Parung dan sudah membangun kandang seluas 1 hektar. Beberapa kali Donna mengajak anak-anaknya melongok perkebunan dan peternakan itu. Sekalian sebagai sarana edukasi eksplorasi alam untuk mereka.

Terlepas dari dua bisnis tadi, Donna juga sedang bersiap membuka daycare. Sumber daya manusianya sudah dipersiapkan dan sekarang ia sedang merapikan konsep sambil mulai mensurvei lokasi. Ia memilih usaha daycare karena berpikir tidak semua ibu beruntung bisa mengurus anak-anaknya sendiri. Dengan bisnis ini ia berharap dapat memberikan sedikit solusi bagi para ibu bekerja. Tentunya usaha daycare ini harus berkualitas, aman, dan nyaman untuk buah hati.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/11/donna-agnesia-investasi-bisnis.html
Read More