Wednesday, February 3, 2016

PONG ASI DELIVERY, Sahabat Ibu Bekerja.




Keberadaan kurir khusus ASI (Air Susu Ibu) ini berawal dari kepedulian Andrew Yosua Parlinggoman Sianipar, atau yang biasa disapa Linggom, tatkala mengetahui kebingungan kakak perempuannya yang ingin mengirim ASIP (ASI Perah) dari kantor ke rumahnya. Linggom pun melihat hal tersebut sebagai peluang bisnis yang bisa membantu ibu bekerja yang tetap ingin menomor satukan kebutuhan ASI putra-putrinya. Pengalaman Linggom selama 7 tahun bekerja di sebuah bank lantas membuatnya tergelitik membuka bisnis jasa kurir ASI tersebut. Ia melihat usaha ini potensinya juga masih besar.

Tahun 2010, Linggom pun mulai mendirikan perusahaan jasa kurir ASI tersebut dengan modal Rp 20 juta. Untuk armadanya, ia membeli dua motor bekas. Lalu ia juga memesan boks dengan desain khusus yang terbuat dari fiber dan freezer untuk menampung ASI. Di awal usahanya berdiri, terkadang Linggom pun ikut menjadi kurirnya. Untuk mengakomodir kecepatan waktu dan jangkauan area se-Jabodetabek, Linggom juga memindahkan kantor operasionalnya ke kawasan Jakarta Pusat. Ia mengibaratkan usahanya ini menjadi sahabat bagi para ibu pekerja. Kliennya kebanyakan memang berasal dari kawasan perkantoran di Kuningan, Sudirman, dan MH. Thamrin. Maka ia berpikir, kalau kantor usahanya berada di daerah pusat Jakarta, setidaknya bisa memperpendek jarak dan waktu untuk tiba di kantor klien. Karena paling lama 3 jam, ASI yang sudah diambil tersebut harus sudah sampai di rumah konsumen.



Bagi Linggom, bisnis jasa kurir ASIP bukanlah bisnis biasa. Ada sentuhan humanis yang terlibat di dalamnya. Karena ia harus bertanggung jawab pada ASIP yang berhubungan dengan anak manusia. Bukan sekedar mengirim barang biasa, tapi harus dipastikan ASI itu sampai dengan selamat ke alamat yang telah ditentukan. Untuk itu, kepada calon konsumen, biasanya Linggom menyarankan agar menuang ASIP ke dalam botol kaca yang sudah disterilkan atau botol HDPE yang aman untuk makanan dan minuman. Lalu setelah itu ASIP tersebut harus ditaruh di dalam boks pendingin (cooler) atau kulkas. Kemudian ketika kurir datang, barulah ASIP itu dipindahkan ke dalam cooler yang ada di atas motor kurir dan siap diantar ke alamat tujuan. Jadi ada edukasi dan komunikasi yang ia sampaikan pada konsumennya, juga kepada anak buah atau kurir yang bertugas di lapangan.

Meski terkesan hanya mengirim ASIP, bagi Linggom asupan gizi utama tersebut sangat berharga bagi bayi. Demi memberikan informasi tersebut, ia pun aktif mengelola media sosial Pong ASI Delivery melalui akun Twitter dan Facebook. Bahkan uniknya lagi Linggom juga turut membantu mempertemukan ibu-ibu pendonor dan penerima ASI di kota mereka masing-masing. Khusus pengiriman se-Jabodetabek, Linggom membuat tarif per dua minggu (10 hari kerja) dengan biaya Rp 55.500 per hari. Jika ingin lebih hemat, bisa juga berlangganan bulanan. Untuk langganan bulanan atau 22 hari kerja ini, per harinya hanya perlu membayar Rp 49.500. Ia juga melayani pengiriman luar kota seperti dari dan ke Puncak, serta dari dan ke Bandung.



Jalur itu tercipta karena menurut Linggom, pernah ada klien yang sedang tugas luar kota, mengikuti pelatihan, raker, atau meeting di kota Bandung, namun bayinya masih harus diberikan ASI, meminta tolong agar ASIP yang sudah diperah dan ditampung di botol, untuk dijemput lalu dikirimkan ke rumahnya. Ada juga yang menitipkan bayinya ke rumah orang tuanya. Khusus untuk jarak jauh seperti itu, Linggom tentu mengandalkan armada mobil untuk membawa ASIP. Karena itu, biasanya ia mempersilahkan kliennya untuk menyiapkan stok ASIP yang banyak, agar dalam sekali kirim bisa 12 botol atau bahkan lebih sekaligus. Kurir Pong ASI Delivery memang selalu siap mengambil ASIP ke lokasi klien yang masih masuk dalam wilayah jangkauan, lalu mengantar dengan selamat ke rumahnya. Linggom menjelaskan, zaman sekarang mobilitas karyawan memang sangat tinggi. Bahkan ada kliennya yang berprofesi sebagai pramugari penerbangan luar negeri, mempercayakan kepadanya untuk mengambil ASIP-nya di bandara.

Saat ini dengan 4 armada kurir, Pong ASI Delivery siap melayani hingga 200 orang pelanggan per bulannya. Linggom pun mengakui setiap bisnis ada kendala dan naik turunnya, namun hal itu menjadi tantangan tersendiri. Toh sekali lagi ia menganggap bisnisnya ini tak hanya berorientasi profit, tapi juga berusaha memberi bantuan bagi kaum ibu yang membutuhkan. Misalnya, ada ibu yang kurang mampu, tapi ingin tetap memberikan ASI kepada bayinya, ia bersedia membantu asal telah memenuhi verifikasi yang ia tetapkan.



CONTACT US


SIMPATI : 0813 1159 0815
IM 3 :0858 1159 0815
FLEXI : 021 3600 0815
WHATSAPP :0888 0855 6266
Pin Blackberry:312CFABA


Google+ :pong.brothers
Website :http://pongasi.blogspot.com/

Twitter :@pongASIdeliveryFacebook :Pong - Asi Delivery





reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/12/pong-asi-delivery-sahabat-ibu-bekerja.html
Read More

H ARUM SABIL. PEMILIK PETERNAKAN AYAM DENGAN METODE BARU DI JEMBER



Peternakan ayam yang ada di Desa Tanggul Kulon, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, Jawa Timur ini berbeda dengan peternakan ayam pada umumnya. Selain ditempatkan di sebuah kandang yang sejuk dan bersih, ribuan ayam di dalamnya setiap hari ?dihibur? dengan alunan musik degung Sunda. Menurut H Arum Sabil, sang pemilik peternakan, hewan tidak beda dengan manusia, butuh kenyamanan. Sehingga ketika bertelur, hasil telurnya pun akan lebih banyak.

Memasuki area peternakan ayam milik ayah enam anak dan satu cucu ini, memang sangat berbeda dengan masuk ke kandang ayam pada umumnya. Di dalam kandang selebar 4 meter dengan panjang kira-kira 50 meter itu, ternak ayamnya benar-benar dikondisikan senyaman mungkin. Ribuan ayam itu ditempatkan di kiri dan kanan kandang, sementara tengahnya berupa lorong memanjang sebagai lintasan para petugas dan gerobak untuk mengangkut obat-obatan dan memanen telur di pagi dan sore hari.



Di dalam kandang jenis tertutup (close house) ini tak hanya rapi dan bersih, namun di dalam kandang yang sengaja dibuat dengan pencahayaan temaram itu sama sekali tak tercium bau kotoran ayam seperti kandang ayam pada umumnya. Tak hanya itu, di dalamnya ribuan ayam dimanjakan dengan suasana dan udara yang sejuk.

Kesejukan udara dengan temperatur 29 derajat celcius itu berasal dari sebuah blowerpenyedot udara berkecepatan tinggi berukuran besar, yang ditempatkan di ujung kandang yang terus berputar selama 24 jam penuh. Sementara dari sisi berlawanan ada peralatan pendingin mirip radiator mobil berisi air. Jadi di dalam kandang ini udaranya selalu sejuk, sebab angin terus bergerak dari ujung ke ujung kandang.

Yang membedakan lagi dan mungkin satu-satunya yang ada di Indonesia, ayam-ayam itu tak hanya diberi makan dan minum berkualitas tapi juga diberi ?hiburan? berupa alunan musik degung khas Sunda lewat loudspeaker berukuran besar. Suara musik khas Parahyangan itu terdengar cukup keras sehingga mengalahkan suara berisik ayam di dalam kandang maupun suara-suara lain di luar kandang. Musik Sunda itu akan terus mengalun sejak pukul 06.00 hingga 18.00 setiap harinya. Menjelang malam musik dimatikan,baru besok paginya diputar lagi sampai sore hari, demikian seterusnya.

H Arum Sabil yang dikenal sebagai petani dan peternak sukses tingkat nasional itu lalu menjelaskan, baik tanaman maupun hewan pada dasarnya sama seperti manusia, menyukai bunyi-bunyian yang bisa membuat dirinya nyaman dan tenang. Itulah yang menjadi salah satu pertimbangan kenapa ia memutuskan musick yang berirama merdu untuk ayam-ayam di kandangnya.

Petani dan peternak yang memiliki rumah megah di lahan pertanian seluas 30 hektar itu menguraikan, ia memiliki ide memberi ?hiburan? kepada ayam-ayam itu sudah sejak tahun 2008. Sebelumnya ia adalah peternak yang menggunakan tehnik tradisional seperti peternak pada umumnya.

Namun seiring waktu, ia menemukan kendala, ayam-ayam di kandangnya sangat peka terhadap suara keras. Ketika ada suara keras terdengar secara tiba-tiba, misalnya ada suara petir atau suara lain, akan berdampak cukup serius. Ribuan ayamnya akan mengalami stress. Padahal ketika ayam mengalami stress, akibatnya ayam tak mau bertelur. Mungkin kalau hanya satu-dua ayam yang stress, tidak menjadi masalah. Tapi kalau yang tidak bertelur jumlahnya ratusan ayam bahkan ribuan, pasti akan merepotkan juga. Tak hanya berdampak tidak bertelur saja, stress juga mengakibatkan ayam enggan makan dan minum.

Dari pengalaman itu, pria yang selalu mengenakan topi caping sebagai ciri khas penampilannya ini, lantas memutar otak. Kemudian menemukan solusi, yakni dengan cara memutarkan musik degung Sunda dengan volume cukup keras di sekitar kandang. Ia sengaja memilik musik Sunda, lantaran degung adalah jenis musik yang berirama merdu. Jadi bukan hanya manusia saja, hewan piaraan juga pasti tenang hatinya bila mendengarkan musik jenis itu.

Ternyata, cara yang diterapkannya itu efektif. Kini, kendati di musim hujan dan sering terdengar gelegar petir, ayam yang ada di dalam kandangnya tak lagi bermasalah, sebab di kesehariannya sudah terbiasa mendengarkan bunyi-bunyian bersuara cukup keras. Tokoh petani dan peternak ini memang tak bisa menghitung berapa persen peningkatan telur ayam, tanpa atau saat memakai musik. Tapi yang pasti, ada perbedaan hasilnya jadi lebih baik.

Dengan membuat perasaan ayam menjadi tenang, secara tak langsung kekebalan tubuh ayam semakin meningkat, sebab ayam bisa dengan lahap makan dan minum makanan yang disediakan. Selama ini, H Arum Sabil, yang juga menjabat Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia ini, berusaha untuk tidak terlalu banyak menggunakan obat-obatan kimiawi sebagai suplemen makanan atau minuman ternaknya. Sebab dengan pemberian obat kimia yang berlebihan akan berdampak pada kualitas telur yang dihasilkan.

Telur yang dihasilkan dari ayam yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan dengan tambahan obat kimia yang berlebihan tentu tak baik bagi manusia yang mengkonsumsinya. Jika ada orang yang habis makan telur lalu tiba-tiba kulitnya jadi gatal, bisa jadi telur itu bersumber dari ayam yang terlalu banyak diberi makanan dengan obat-obatan kimia.

H Arum Sabil, yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya ini menjelaskan, ia selalu berusaha bereksperimen terlebih dulu untuk menghasilkan ternak yang lebih baik. Sebagai orang yang berlatar belakang tinggal di desa, ia berusaha mencoba memodernisasikan sesuatu yang tradisional, dan sebaliknya mentradisionalkan sesuatu yang modern.

Ia mengambil contoh, dengan memberi udara sejuk pada kandangnya dengan peralatan yang relatif modern dengan suhu tertentu, itu sebenarnya duplikasi dari peternakan tradisional. Ia mengamati sistem tenak di desa-desa bahwa ayam itu menyukai hidup dengan suhu udara yang sejuk dan angin semilir. Pola tradisional itu ia terapkan lebih modern kepada ayam di kandangnya dengan memasang blower berpendingin.

Sebaliknya, ia juga mengadopsi sistem peternakan modern menjadi lebih tradisional dan bisa ditiru teknologinya. Salah satunya, pemberian alunan musik pada ayam. Sejatinya, itu adalah tehnik modern, tapi karena ia berasal dari desa, jadi perangkatnya coba ia sederhanakan dengan cukup memasang tape recorder.

Sementara soal kandang yang sama sekali tak berbau itu caranya cukup sederhana. Salah satunya, selain lingkungan harus selalu dibersihkan, di dalam kandang itu sendiri tidak boleh ada genangan air yang bercampur dengan kotoran ayam. Sumber bau itu muncul kalau kotoran dalam keadaan basah, tapi kalau dibiarkan kering, maka tidak ada penguapan yang menimbulkan bau.

Selain itu, ia sengaja membuat suasana peternakan nyaman supaya kelak anak-anaknya yang ingin mengembangkan peternakan bersemangat terlibat di dalamnya. Kalau kandang bersih dan rapih, siapa pun yang ingin belajar ternak jadi tidak jijik. Arum pun tak segan membagikan semua teknologi ternak kepada siapa pun apabila ada yang ingin mempelajarinya. Saat ini ia telah memiliki delapan kandang ayam dengan sistem close house (kandang tertutup).

Kendati sudah memperlakukan ayam ternaknya dengan baik, namun ia tetap melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk ternaknya. Jika ada ayam-ayam yang tak sehat, harus segera dilakukan pengobatan atau disingkirkan dari kandang agar tak menular ke yang lain.

Untuk menghasilkan telur yang maksimal, ia mengelola peternakan sebaik mungkin dengan cara mengelompokkannya menjadi beberapa bagian, yang harus terkontrol dengan baik. Di antaranya melakukan manajemen kandang, manajemen udara atau suhu, manajemen pakan, manajemen air minum, serta ditambah lagi semua makanan atau minuman dilakukan seorganik mungkin. Kini dalam sehari, dari 30 ribu ekor lebih ayamnya mampu menghasilkan sekitar 3 ton telur. Dan dalam waktu dekat, Arum menargetkan mampu beternak 1 juta ekor ayam.





reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/09/h-arum-sabil-pemilik-peternakan-ayam.html
Read More

KIPRAH PENJUAL JAMU TRADISIONAL DARI DUSUN WATU, BANTUL, YOGYAKARTA




Tak ada yang tahu sejak kapan warga Dusun Watu, Bantul, Yogyakarta mulai membuat jamu. Yang jelas, keahlian mereka dalam mengolah aneka bahan jamu itu sudah dikenal sejak zaman dahulu. Mereka pun merasa lebih sejahtera lewat usaha jamu tradisional.

Aroma rempah-rempah khas jamu tradisional Jawa tercium semerbak begitu memasuki Dusun Watu, Bantul, Yogyakarta. Salah satu sumber aroma itu adalah berasal dari rumah Wagianti yang asri. Setiap harinya, Wagianti disibukkan dengan menimbang dan mengemas jamu bersama beberapa perempuan yang tergabung dalam Koperasi Wanita Jati Husada Mulya Mandiri. Menurut Wagianti, dulunya warga desa membuat dan menjual jamu sendiri-sendiri. Namun sudah beberapa tahun belakangan ini mereka bekerja bersama, yang justru malah berbuah hasil yang positif. Membuat jamu menurut perempuan yang akrab disapa Yanti ini, bukan sesuatu yang asing baginya. Sejak kecil, ibu dua anak ini sudah akrab dengan jamu. Selain menjadi konsumen tetap, keluarga besarnya juga produsen jamu. Setelah beranjak dewasa, Yanti mulai menekuni usaha turun temurun ini dengan belajar dari adik ibunya.

Keahlian membuat jamu sudah Yanti dapatkan sejak tahun 2003 saat ikut bibinya. Ia pun tertarik menekuni dan ingin memanfaatkannya sebagai peluang usaha, sekaligus ingin membantu suaminya mencari nafkah. Dan mulai tahun 2004, ia sudah membuat dan menjual jamu keliling dari kampung ke kampung. Selama menjadi penjual jamu, Yanti mengaku hasilnya cukup lumayan meski awalnya sempat susah mencari pelanggan. Saat memulai usahanya, ia harus membuat jamu cair seperti beras kencur dan kunyit asem. Kemudian dengan sepeda tuanya ia membawa jamu itu sampai 20 kilometer atau lebih untuk mencari pelanggan. Menurut Yanti, saat itu cukup susah mencari pelanggan karena masing-masing warga sudah punya tukang jamu langganan.

Akibatnya, jamu yang ia buat tidak laku dibeli orang. Sampai rumah jamu itu pun terpaksa ia buang. Keadaan seperti itu terus berlangsung selama beberapa hari, sampai kemudian pelan-pelan ia bisa mendapatkan pelanggan baru. Dulu dagangannya dalam sehari hanya mendapat Rp 12.000. Tentu saja ia merugi karena harus terus membeli bahan baku. Namun, Yanti tidak pernah patah arang, kepercayaan dirinya dalam membuat dan menjual jamu semakin terasah. Kepandaiannya dalam berkomunikasi dan menjaga hubungan baik dapat menarik pelanggan dan menjadi nilai lebih yang membuatnya disukai. Dan Yanti bersyukur, saat ini pelanggannya sudah banyak. Bila dulu ia berdagang dengan naik sepeda, kini sudah bisa naik sepeda motor.

Dari hasil obrolan dengan beberapa pembuat dan pedagang jamu, Yanti mulai berpikir untuk membentuk sebuah kelompok bernama Seruni Putih yang awalnya hanya beranggotakan 12 orang. Sampai kemudian saat ini kelompok tersebut berkembang dan menjadi koperasi dengan anggota 30 orang. Saat itu pula Yanti dan anggota koperasi mulai rajin mengikuti berbagai pelatihan dan seminar seputar pembuatan jamu yang diadakan berbagai organisasi dan kampus. Tahun 2012, mereka mendapat pelatihan dan bantuan dari Pertamina. Salah satu pelatihan yang pernah diberikan Pertamina adalah mengolah jamu secara higienis. Mereka juga mendapat kesempatan untuk menitipkan jamu di SPBU Ambar Ketawang, yang ternyata cukup laris.

Dari berbagai pelatihan yang didapatkan, Yanti dan kawan-kawan akhirnya mampu memproduksi jamu dan menjualnya dalam kemasan modern. Variasi jamu yang mereka buat saat ini ada lebih dari 10 jenis. Namun, yang sudah berizin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) baru enam produk. Produk terbaru yang mereka produksi dan sudah mendapat izin adalah secang celup. Menurut Yanti, mendapatkan izin PIRT bukanlah hal mudah. Ia harus melewati berbagai proses yang memakan waktu. Itu mengapa tidak semua varian jamu bisa langsung diproduksi banyak dan diperjualbelikan di tempat tertentu seperti swalayan. Karena agar bisa dijual di tempat seperti itu harus mendapatkan PIRT.

Yanti berharap, jamu dengan kemasan modern ini dapat menambah penghasilan bagi dirinya dan rekan-rekan kelompoknya. Mereka membuat jamu instan sejak 2011. Yanti menjelaskan, untuk membuat jamu instan sebenarnya tidak sulit. Sama saja seperti membuat jamu cair, hanya saja harus dimasak lebih lama hingga cairan tersebut mengkristal. Selain menjual dari kampung ke kampung, Yanti kini juga rajin mengikuti beberapa pameran yang diadakan Pemerintah Daerah atau swasta. Produknya yang paling laku saat ini adalah jamu kunir mangga dan secang. Karena permintaan pelanggan pula, jenis jamu instan ini juga semakin bertambah. Sebagian resep Yanti dapatkan dari Dinas Kesehatanyang turut menjadi mitranya.

Tak jarang, Yanti juga melakukan ujicoba sendiri dalam membuat jamu instan. Misalnya seperti selang celup. Prosesnya berawal dari coba-coba saja, ternyata ia bisa membuatnya. Memang sebelumnya ada juga secang celup dari merek lain. Yanti kemudian mencoba membuatnya sendiri dan membandingkannya. Ia ingin membuat secang celup buatannya memiliki rasa yang lebih baik dibandingkan produk yang sudah ada. Dari hasil penjualan jamu secara berkelompok, Yanti mengaku omzetnya juga turut bertambah. Saat ini omzetnya sudah mencapai Rp 300.000 per hari. Sementara harga jual jamu sendiri beragam tergantung jenisnya, mulai Rp 12.000 sampai Rp 17.000. Yanti sangat beruntung suaminya turut mendukung langkahnya, sehingga ia bisa terus berkreasi.

Selama menekuni usaha ini, Yanti mengaku tidak pernah menemui hambatan berat. Paling hanya masalah harga bahan baku saja yang beberapa kali sempat naik. Selain itu, ia juga susah berjualan saat musim hujan karena sulit berkeliling. Pada saat bahan baku naik, Yanti berhati-hati untuk juga menaikkan harga produk. Mereka memang agak susah untuk menaikkan harga jual. Kalaupun terpaksa harga jual dinaikkan, mereka melakukannya secara pelan-pelan. Yang jelas, sebelum menaikkan harga, pelanggannya sudah dikasih tahu terlebih dahulu bahwa bahan baku sudah naik. Untung, sejauh ini masalah tersebut tidak pernah menjadi masalah besar. Yang penting kualitas tetap terjaga dan tidak memakai campuran macam-macam. Jadi, murni alami. Dan satu hal lagi, mereka juga perlu mengikuti perkembangan zaman agar terus disukai pelanggan.

Masih di dusun yang sama, terdapat kelompok pembuat jamu lain bernama Wiji Temulawak. Kelompok yang diketuai oleh Sami Sedyoprayitno ini mengkhususkan diri membuat jamu gadog. Menurut nenek 6 cucu ini, ia memasarkan jamu tidak secara keliling melainkan sudah memiliki tempat khusus di pasar tradisional dekat rumahnya. Karena membuat jamu godog lebih mudah ketimbang jamu cair dan instan, kelompok ini membuat jamu hanya dua kali per bulan. Para anggota kelompok berkumpul di rumah Sami setiap tanggal 1 dan 15 setiap bulannya. Dengan bekerja bersama, mereka bisa membeli bahan-bahan jamu lebih murah karena memesan sekaligus banyak, hingga dapat menekan modal.

Dengan anggota mencapai 23 orang, kelompok Wiji Temulawak ini dapat membuat jamu lebih cepat dan dalam jumlah yang banyak. Jamu godog ini juga dapat bertahan lama, sampai 4 bulan. Jenis jamu yang mereka buat sangat beragam, mulai dari jamu untuk asam urat, pegal linu, rematik, kencing manis, pelangsing, dan lain-lain. Sama seperti Yanti, Sami juga belajar membuat jamu secara turun temurun. Tak heran, ia memiliki banyak pelanggan setia yang juga turun temurun. Sami tak mengetahui persisnya kapan warga Dusun Watu mulai dikenal sebagai pembuat dan pedagang jamu. Karena dari dulu memang di dusun ini semua warganya berjualan jamu, baik secara berkeliling atau berjualan di pasar.

Saat ia masih muda, ia menjual jamu dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Tapi saat ini karena usianya sudah tua, ia cukup berjualan jamu di pasar saja. Setiap kali ia dan para anggota kelompoknya berkumpul, ada sekitar lebih dari 100 bungkus jamu yang siap dijual dengan harga mulai dari Rp 3000 sampai Rp 5000 per bungkus. Karena masih dikelola secara tradisional, Sami tidak mengetahui persis berapa omzet dan keuntungan pribadi dan kelompoknya. Karena memang tidak tentu, dan jumlahnya juga berbeda-beda. Baginya yang penting masih dapat pemasukan untuk membeli bahan dan hidup sehari-hari.

Jamu godog tentu berbeda dengan jamu cair dan jamu instan yang tinggal diminum atau dituang air panas. Untuk menikmati jamu godog, perlu melewati proses memasak terlebih dahulu. Agar khasiatnya semakin baik, Sami mengatakan saat merebus jamu lebih baik menggunakan kuali yang dibuat dari tanah liat. Dalam membeli jamu juga jangan sembarangan. Harus hati-hati agar tidak tertipu dan malah bisa membuat sakit. Sami dan Yanti berharap usaha jamu ini dapat terus lestari. Karena jamu adalah warisan nenek moyang yang patut dilestarikan. Banyak efek positif dari jamu bagi tubuh manusia. Misalnya jamu beras kencur yang sangat baik untuk menghangatkan badan, menambah nafsu makan dan menjaga kesehatan.

Meski begitu, Yanti dan Sami tidak mencantumkan khasiat jamu dalam kemasan mereka. Dinas Kesehatan dan BPOM memang meminta agar pada kemasan jamu tidak dilampirkan label khasiat mengobati. Melainkan menggunakan kata membantu atau meredakan. Selain itu, sebelum meminum jamu ada baiknya ketahui terlebih dulu kondisi tubuh. Karena ada beberapa jenis jamu yang tidak cocok diminum bagi orang tertentu. Misalnya, mereka yang darah rendah tidak boleh meminum kunir mangga, darah tinggi tidak boleh meminum temulawak, diare tidak boleh minum kunyit, dan lain-lain. Yanti, Sami, dan anggota kelompoknya, mengaku benar-benar sudah bisa menikmati harum aroma rempah-rempah jamu dalam keseharian mereka.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/10/kiprah-penjual-jamu-tradisional-dari.html
Read More

WESTBIKE MESSENGER SERVICE : Jasa Pengiriman Sekaligus Kampanye Gowes




Padatnya jalanan, kemacetan, serta lamanya waktu pengiriman membuat peluang baru di bisnis jasa pengiriman. Salah satunya kurir bersepeda. Bisnis ini kian marak dan diminati sebagai alternatif jasa pengiriman yang lebih cepat dan praktis. WestBike Messenger Sevice (WMS), adalah jasa kurir sepeda yang digagas oleh Hendi Rachmat, dan didirikan sejak bulan Oktober 2013 lalu. Bertempat di Pasar Santa Lantai 1 No 167-169, belasan kurir sepeda WMS siap melayani kebutuhan pengiriman barang dan dokumen dalam waktu singkat.

Diakui Hendi, ia memang pencinta sepeda dan senang dengan aktivitas gowes. Ia bahkan memiliki toko sepeda fixie di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan sejak tahun 2010. Sayangnya, tren sepeda fixie hanya bertahan sebentar. Tepatnya di tahun 2012, peminat sepeda fixie menurun drastis. Banyak teman yang menyarankan Hendi untuk berpindah haluan, tetapi Hendi memang sudah jatuh cinta dengan sepeda fixie. Agar bisnisnya bertahan, Hendi pun sempat berbisnis online dan masih giat dengan komunitas WestBike fixie. Setelah memutar otak dan melihat kebutuhan kurir yang meningkat, Hendi pun yakin bahwa bisnis kurir sepeda dapat menjadi solusi. Mengantarkan barang dengan sepeda sendiri sebenarnya dari zaman dulu sudah ada, seperti pak pos. Tetapi kali ini ada penawaran yang berbeda, misalnya waktu. Dan ini menjadi solusi di tengah kemacetan kota Jakarta, selain ramah lingkungan tentu saja.


Hendi pun memberanikan diri untuk memulai bisnis kurir sepeda di bulan Oktober tahun 2013 dengan mengajak komunitas yang tergabung di WestBike. Awalnya hanya dua orang yang bergabung, namun sekarang sudah ada 20 orang. Menurut Hendi, sejak awal mendirikan WMS, ia optimis bahwa bisnis bike messenger akan berkembang. Respons awal itu pun sudah langsung positif. Ia sudah mendapatkan klien yang tidak main-main. Ada kedutaan dan perusahaan besar yang saat itu langsung kontrak dengan WMS karena kebutuhan mereka untuk mengirim dokumen.


Dalam menjalankan bisnisnya, Hendi menerapkan sikap kejujuran sebagai hal yang utama. Para kru WMS ditamankan untuk jujur dan bisa dipercaya. Ada aturan yang dibuat Hendi secara tegas untuk tidak menyentuh apalagi membuka paket yang akan diantarkan. Soal biaya, Hendi memiliki beberapa penawaran, mulai dari VIP yang dipatok dengan harga Rp 50.000 dimana barang akan diterima pada hari yang sama, paket VVIP yang dikenakan biaya hingga Rp 100.000 tapi barang akan sampai tidak lebih dari 2 jam, serta paket penawaran untuk corporate.



Layanan bike messenger yang ditawarkan WMS hanya meliputi Jakarta Timur, Pusat, Selatan, dan Barat. Sampai hari ini bisnis ini terus meningkat, klien bertambah dan semakin percaya dengan layanan WMS. Setidaknya sudah ada 5000 order yang dierima dan permintaan juga sebenarnya semakin bertambah, tapi Hendi harus memperhitungkan juga jumlah bike messenger yang ada di WMS. Untuk merekrut bike messenger, awalnya Hendi hanya menawarkan kepada komunitas yang dirangkulnya. Namun, kini ia sudah mulai melakukan rekrutmen secara terbuka. Yang jelas, kru WMS harus memiliki passiondengan sepeda agar tidak ada beban kalau harus menempuh jarak yang lumayan, sekitar 50-60 kilometer per hari. Kalau sudah suka, pasti enjoy saja menjalaninya tidak dijadikan beban.

Saat ini Hendi tengah melakukan trial dengan bike messenger perempuan pertama yang bergabung. Walau sebenarnya ia tidak mau mengambil risiko, dan sejak awal memang tidak menerima bike messengerperempuan, tapi ternyata peminatnya cukup banyak dan ia juga mendapat masukan kalau harusnya perempuan pun juga mendapatkan tempat yang sama. Akhirnya ia berpikir, tak ada salahnya juga untuk memberikan kesempatan. Kalau hasilnya positif, ke depannya Hendi akan menerima bike messenger perempuan yang lain. Pekerjaan bike messenger memang memiliki risiko yang cukup tinggi, sehingga Hendi pun memberikan asuransi kepada kru bike messenger WMS. Selain itu, kini WMS juga telah bekerja sama dengan Levi?s, jadi para kru bisa tetap gaya dan memakai produk berkualitas saat mengantarkan barang.


Ke depannya, Hendi masih optimis bisnisnya bisa terus maju dan berkembang. Karena sebenarnya ini tidak hanya soal bisnis saja, tapi juga ada kampanye menularkan semangat gowes yang bisa mengurangi polusi karena eco green. Lewat WMS, Hendi berharap semoga langkah kecil ini bisa memberikan kontribusi terhadap lingkungan.

Westbike Messenger Service

Call center: 021 - 33310808
E-mail: westbikemessengerservice@gmail.com


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2015/06/westbike-messenger-service-jasa.html
Read More