Saturday, January 16, 2016

RENNY SUTIYOSO, Berbisnis Minuman Jus Organik dan Smoothies




Tak selamanya hidup sehat itu berat untuk dilakukan. Terutama jika kebiasaan tersebut dimulai sejak dini. Seperti Renny Sutiyoso yang gemar berolahraga saat dirinya masih kanak-kanak. Sebagai perempuan, putri mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, ini menilai dengan berolahraga tak hanya bermanfaat menjaga bentuk tubuhnya saja, tapi juga mampu menguatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Saking konsistennya, kebiasaan hidup sehat pun terus ia lakukan saat sedang hamil. Ketika usia kandungannya memasuki minggu ke 38, Renny tetap berolahraga dengan melakukan senam pilates. Walaupun sang suami sempat mengkhawatirkannya, tapi ia tetap menjalaninya karena menurut dokternya, tidak masalah ia tetap berolahraga saat hamil, kalau itu memang sudah terbiasa. Setelah melahirkan pun Renny tetap melakukan pilates dan yoga. Bahkan kini, banyak teman-temannya yang akhirnya juga mengikuti pola hidup sehatnya. Jika disimak dalam akun media sosial miliknya, wanita yang tubuhnya terlihat langsing dan kencang ini, juga rajin mem-posting kegiatan olahraganya. Semua dijalaninya sambil tetap memberikan ASI eksklusif untuk anak semata wayangnya, Kianna.


Namun, selain berolahraga, rupanya perempuan kelahiran 15 Januari 1980 ini juga gemar membuat jus dan smoothies dari buah-buahan dan sayuran organik. Tak disangka, banyak juga orang yang berminat mencoba minuman sehat buatannya. Awalnya ia meracik sayur organik tanpa sengaja lantaran suaminya, Danindro Anindito, tidak suka makan sayur dari sejak kecil sampai menikah dengannya. Hal itu sering membuat Renny gemas sendiri dan mencari cara agar suaminya mau makan sayur. Akhirnya, tanpa sepengetahuan sang suami, semua sayur-sayuran itu Renny buat jus, lalu diberikan ke suaminya. Dan karena Renny sering mem-posting gambar jus buatannya di akun Instagram miliknya, ahirnya jadi banyak teman-temannya yang ikut memesan. Renny lalu memberi label Organic Monster pada produk jus dan smothies-nya itu.


Renny ingat, akan reaksi suaminya saat meminum jus sayur yang ia buat. Suaminya itu minum dengan nikmat. Padahal kalau dia tahu proses pembuatannya seperti apa mungkin akan menolak. Renny memang sengaja membuat agar rasa sayurnya tidak terasa. Ia berbagi tips, bila jus ingin terasa fresh, bisa dikasih jeruk lemon atau nanas. Sementara kalau ingin terasa manis ditambahkan buah pisang. Alhasil bukan cuma suaminya yang suka, jus organik olahan Renny juga banyak dipesan oleh sahabat dan para followers akun sosial medianya. Melihat potensi ini, Renny pun bekerja sama dengan adik iparnya serius menggeluti bisnis ini. Bila tadinya, setiap ada teman yang pesan, dia yang mengirimkan uang untuk dibelikan sayurannya lalu Renny yang mengolah, tapi lama kelamaan mereka minta berlangganan. Dan sekarang usaha Renny ini sudah banyak yang membantu. Ia sudah memiliki pegawai sendiri, hingga jadi tak terlalu repot membagi waktunya. Ia selalu mengambil pasokan bahan dari kebun organik milik ayahnya sendiri.


Renny mengaku jus organik yang dikemas dalam botol itu dibuat dari bahan organik berkualitas. Rasanya pun terdiri dari berbagai varian. Salah satu yang paling diminati adalah breakfast in the bottle. Maksudnya dalam satu botol itu sudah bisa menggantikan menu sarapan. Karena di dalamnya ada campuran pepaya, pisang, dan oatmeal. Jadi sudah cukup mengenyangkan dalam waktu cukup lama. Untuk harga, Renny mematok Rp 80.000 per botolnya.


Meski bisnisnya baru seumur jagung, tapi Renny optimis akan semakin banyak orang, terutama para ibu muda yang menggilai gaya hidup sehat. Renny pun senang kalau banyak yang bisa ketulatan kebiasaan hidup sehat ini.


Organic Monster Order to:

Line: Organic Monster

WA ?+62 812?1330?5435?
Open order from 10.00-16.00,
Order three day before delivery


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/10/renny-sutiyoso-berbisnis-minuman-jus.html
Read More

JENNY EKAWATI, Pemilik DJOERAGAN SUSU-Yogyakarta. Kedai Susu Dengan Konsep Modern Tapi Harga Merakyat




Baru setengah jam dibuka, beberapa pengunjung mengisi hampir setengah ruangan di bilangan Bantul, Yogyakarta, yang bernama Kedai Djoeragan Susu. Sang pemilik, Jenny Ekawati sejak dulu memang suka minum susu. Perempuan berdarah Indo Belanda ini pun memutuskan membuat kedai yang namanya diambil karena berkarakter Jawa. Konsepnya modern tetapi merakyat.

Dalam membangun usaha ini, Jenny bahu membahu bersama suaminya, I Wayan Krisna. Mereka memasang strategi berupa diskon sebanyak 30 persen, menyebarkan brosur, dan mengundang teman-temannya. Rupanya, trik ini berhasil dan membuat pengunjung membludak di hari pertama pembukaan, sampai membuat Jenny kewalahan. Wajar saja, saat itu Jenny dan Krisna hanya dibantu empat karyawan. Sepanjang pukul 05.00 sore hingga 02.00 dini hari, mereka sibuk mengurusi para pelanggan. Bahkan ada satu meja yang pesanannya terlambat 30 menit hingga satu jam. Ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi Jenny.




Soal kedainya yang selalu ramai, Jenny berkomentar bijak. Intinya ia menjalani usahanya ini cukup telaten saja dan tetap sabar. Soal menu jualan, 21 macam racikan susu dari Djoeragan Susu dijamin lezat dan bebas amis oleh Jenny. Menu favorit pelanggan adalah rasa cokelat, caramel, dan durian.
Menurut Jenny, Djoeragan Susu bisa menghabiskan sebanyak 130 liter sehari yang diambil dari Yogyakarta dan peternakan sapi di Boyolali, Jawa Tengah. Setiap hari susu diganti alias fresh dan tidak ditambahkan air atau es batu. Jadi, tekstur susunya tetap kental. Meski demikian, harga yang dibandrol per menu terbilang murah sebab tak mencapai Rp 20 ribu. Dengan membayar sebesar itu, pengunjung sudah bisa kenyang. Harganya memang merakyat tetapi sudah mendapatkan rasa yang nikmat.




Salah satu keunikan Djoeragan Susu adalah susu rasa cassava. Alias susu sapi murni dicampur ubi ungu rebus yang manis. Ada juga susu tomat dan paduan buah-buahan lain yang tak kalah menarik. Ditanya soal rencana, Jenny pun berniat membuka cabang di berbagai lokasi di Yogyakarta hingga Ubud, Bali, yang merupakan tanah kelahiran sang suami.






reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/06/jenny-ekawati-pemilik-djoeragan-susu.html
Read More

JATU DWI KUMALASARI, Inovator Gudeg Bu Tjitro Dalam Kemasan Kaleng




Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan warisan kuliner bernama Gudeg. Bahkan, para pakar menyatakan makanan yang dibuat dari nangka muda ini sudah ada sejak tahun 1819-1820. Salah satu rumah makan Gudeg yang terkenal adalah Gudeg Bu Tjitro. Ini adalah usaha keluarga yang sampai saat ini sudah sampai pada generasi ke empat. Dimulai oleh Eyang Tjitro Wihardjo yang merintis usaha ini dari tahun 1925. Awalnya Eyang Tjitro hanya berjualan di depan rumahnya di Jalan Rotowijayan. Kemudian pada tahun 60-an, Gudeg Bu Tjitro dikembangkan oleh dua putranya dengan membuka rumah makan Gudeg di Jakarta. Mereka adalah Bapak Soeharto di Cikajang, Kebayoran Lama dan Bapak Soemadi yang membuka restoran di daerah Senen, Jakarta Pusat. Dan ternyata usaha restoran di Jakarta itu pun berhasil berkembang. Sampai kemudian membuka cabang lain di Kelapa Gading.

Memasuki tahun 1978, sebuah cabang kembali dibuka di Jalan Adi Sucipto km.9 Yogyakarta. Berikutnya, pada tahun 80-an, salah satu putri Eyang Tjitro yang bernama Retno Widiastuti, ikut mengembangkan usaha rumah makan ini dengan membuka cabang di depan hotel Ambarukmo, Yogyakarta. Sampai akhirnya di tahun 1999, restoran itu pindah ke Jalan Janti No 330, di depan JEC Yogyakarta, dengan nama Gudeg Bu Tjitro 1925. Kini usaha Gudeg Bu Tjitro dilanjutkan sepenuhnya oleh Jatu Dwi Komalasari, yang merupakan salah satu cucu Eyang Tjitro dan juga anak dari Retno Widiastuti. Jatu sendiri mulai turun tangan mengembangkan usaha ini mulai tahun 2008 lalu. Saat itu, kedua orangtuanya memang menyerahkan tampuk usaha kepada Jatu dan seorang adik perempuannya. Saat diberikan tanggung jawab itu, menurut Jatu, kondisi Gudeg Bu Tjitro dalam keadaan yang kurang baik dikarenakan banyaknya pesaing dan kurangnya kontrol manajemen.





Sejak saat itu Jatu mulai mencari tahu keunggulan dan kekurangan usaha itu. Ia pun juga melakukan survei pasar. Ternyata waktu itu hanya 37 % saja masyarakat yang masih ingat dengan Gudeg Bu Tjitro. Tentu saja itu membuat Jatu sedih, mengingat nama Gudeg Bu Tjitro sempat tenar di tahun 70-an sampai 90-an. Hasil survei ini yang kemudian menjadi motivasi dan tantangan buat Jatu agar terus mengembalikan kejayaan leluhurnya. Jatu lalu melakukan perubahan dari dalam, melakukan inovasi dengan penambahan menu baru non gudeg, juga memperbaiki resep. Ternyata resep yang original sudah tidak bisa digunakan mentah-mentah. Ini disebabkan karena turunnya kualitas bahan baku.

Jatu juga mulai memperbaiki kemasan Gudeg kendil agar tahan hingga 48 jam atau dua hari. Ia pun juga mulai berkenalan dengan teknik pengalengan. Saat itu Jatu ingin membuat Gudeg Bu Tjitro dalam kaleng tanpa menggunakan bahan pengawet dan proses pemasakannya pun tanpa menggunakan penyedap masakan. Karena ia tahu saat ini masyarakat semakin pintar memilih produk makanan yang akan dikonsumsi. Masyarakat modern sangat membutuhkan makanan yang praktis, mudah, aman dan sehat. Sebelum memulai pengalengan, yang menjadi kendalanya adalah modal. Pabrik-pabrik pengalengan ternyata memiliki jumlah minimal produksi. Karena tergolong usaha UKM, Gudeg Bu Tjitro pun merasa belum sanggup untuk memproduksi dalam jumlah banyak. Kendala lain adalah produk gudeg belum ada penelitiannya.





Sampai suatu ketika, Jatu menemukan laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang sudah melakukan penelitian makanan tradisional termasuk gudeg. Bak gayung bersambut, saat Jatu memaparkan keinginannya untuk mengemas Gudeg Bu Tjitro dalam kaleng, pihak LIPI menerimanya dengan baik dan sangat membantu. Penelitian di LIPI sebelumnya hanya sebatas pada pengalengan gudeg. Sementara untuk menambahkan krecek, telur, dan ayam suwir harus dilakukan uji coba dan penelitian sendiri. Karena Jatu menginginkan hasil yang sempurna, ia pun ikut terlibat dan terjun langsung selama proses uji coba. Hampir 3 tahun penelitian itu dilakukan, sebuah perjalanan yang panjang dan tidak mudah. Sampai akhirnya, gudeg kaleng yang ia inginkan dengan komposisi lengkap berhasil mendekati sempurna dengan gudeg Bu Tjitro yang disajikan dalan keadaan fresh.

Berkat gudeg kaleng dan sejumlah penataan manajemen yang semakin baik, Gudeg Bu Tjitro pun kini kembali meraih masa kejayaannya.


Layanan Delivery Gudeg Kaleng Bu Tjitro 1925, wilayah Jakarta dan sekitarnya di : 085695138867


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/08/jatu-dwi-kumalasari-inovator-gudeg-bu.html
Read More

MEGA SISWINDARTO, OWNER FROZZIE, BROWNIES DENGAN KEMASAN FROZZEN




Oleh-oleh bukan sekedar buah tangan ketika bertransformasi menjadi peluang usaha. Tidak percaya ? tanya saja pada Mega Siswandarto. Ketika pertama kali dibawakan brownies beku dari Singapura, Mega langsung jatuh hati. Pria ini langsung mencari tahu resep-resep membuat brownies beku dengan bantuan internet. Ia jadi rajin membuka Google untuk mencoba berbagai resep kue termasuk brownies.

Kegemarannya membuat kue diasah ketika ia merasa kelelahan menjadi karyawan. Pekerjaannya sebagai tenaga pemasaran di bidang otomotif sangat menyita waktu dan perhatian. Sambil menunggu saat yang tepat untuk berhenti, ia pun mengadakan survei mengenai panganan yang disukai masyarakat. Ternyata dari semua kue yang ada, brownies keluar sebagai panganan favorit. Di Surabaya, brownies banyak dicari terutama untuk oleh-oleh wisatawan. Dibandingkan jenis kue lainnya, brownies awet karena bisa disimpan berhari-hari.

Setelah berpikir lama, pada 23 Oktober 2013, ia memutuskan berhenti kerja untuk fokus menggarap bisnis brownies. Mega mengaku serius menekuni dunia kuliner karena modal yang dikeluarkan tidak terlampau besar. Uji coba juga bisa dilakukan di rumah. Dengan modal sebesar Rp 10 juta, ia mulai mencicil membeli peralatan masak. Bahan-bahan membuat brownies beku dibeli secukupnya sesuai pesanan. Agar dagangannya dikenal, ia tak ragu menawarkan produknya ke banyak acara, termasuk arisan ibu-ibu dan bergerilya di sosial media.




Kue brownies beku buatannya diberi merek Frozzie. Frozen Brownies Frozzie tersedia dalam empat varian rasa, yaitu premium choco, banana cheese, mixnut, dan streusel blueberry. Satu pak dijual Rp 33 ribu berisi lima buah brownies yang bisa diisi beragam brownies. Mega mengklaim produknya beda sama produk lainnya. Produk-produknya itu di pasaran belum ada yang menjual.

Kapasitas produksi Frozen Brownies Frozzie mencapai dua sampai empat kali pengovenan setiap hari. Satu kali pengovenan mencapai 16 loyang brownies. Jam operasional pembuatan brownies, yaitu pukul tujuh pagi hingga jam tiga sore. Produksi brownies dilakukan cukup dua orang pegawai. Mega juga mempekerjakan seorang tenaga administrasi untuk mengurus bisnis ini.

Untuk aspek pemasaran, Mega menerapkan cara pemasaran low cost high impact karena bisnisnya merupakan jenis start-up. Dengan basis usaha ada di Surabaya, Frozzie pun berusaha dipasarkan ke seluruh Indonesia dengan cara online atau sosial media seperti Facebook dan Twitter. Akun Twitter untuk pemasaran sekaligus sharing dengan pelanggan adalah @FrozzieBrownies. Cukup dengan aktif di Twiter dan Facebook, browniesnya jadi dikenal di seluruh Indonesia. Berkat pemasaran online pula, ia bisa membentuk jaringan reseller.




Namun bisnisnya ini tidak selamanya mulus. Mega sempat merasakan ditipu reseller yang membawa kabur produknya tanpa membayar. Semua wirausahawan menurutnya bakal menemui hal-hal seperti ini selama berbisnis. Hanya mereka yang terus belajar yang dapat terus bangkit walaupun tertimpa masalah berkali-kali. Bagi Mega, usia muda pantang disia-siakan. Orang muda menurutnya harus berani menghadapi kemungkinan apa pun termasuk dalam berbisnis. Kalau misalnya bangkrut sekalipun, banyak pelajaran yang bisa dijadikan bekal untuk kebangkitan ke depan.

Kini, omzet Frozen Brownies Frozzie mencapai Rp 30 juta hingga Rp 35 juta per bulan. Ia pun bercita-cita suatu hari bisnisnya bisa menjelma menjadi pusat penjualan brownies onlineterbesar di Indonesia. Cita-cita ini akan digapai dengan cara memperbanyak jalur distribusi ke seluruh Indonesia. Permintaan brownies terbanyak datang dari Jawa, Kalimantan, Bontang, dan Samarinda. Termasuk dipesan dari Jakarta dan Bandung. Ada sekitar 30 reseller yang siap menyiarkan kemasyuran brownies beku ke seluruh Indonesia. Dan mulai 2014, pria kelahiran Surabaya 23 Oktober 1986 ini fokus membentuk satu distributor di satu kota besar.





Contact :
08563399240
Twitter : @Frozziebrownies
Facebook : Frozen Brownies Frozzie
PIN : 2695e0FF
____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI
BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan!! Pesan sekarang di 085695138867 atau KLIK DI SINI





reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/03/mega-siswindarto-owner-frozzie-brownies.html
Read More