Friday, January 29, 2016

POETRY GLADIES KARINA DEWI : Sukses Bisnis Brownies Melalui DAPUR GLADIES




Di tengah munculnya beragam kue jenis baru dan perusahaan kue kelas internasional, usaha brownies masih terasa manis. Tak perlu membuka toko, usaha melalui media sosial juga berbuah manis. Salah satunya, Poetry Gladies Karina Dewi, yang telah memetik legitnya bisnis brownies lewat usaha Dapur Gladies sejak November 2013 lalu. Diakui bungsu dari dua bersaudara ini, sebenarnya sudah sejak lama ia menekuni usaha pembuatan kue. Namun, baru diseriusi setelah lulus kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung atau yang dulu dikenal sebagai NHI.

Lulus tahun 2009, Gladies melanjutkan mengambil Administrasi Hotel. Harusnya cukup setahun saja ia bisa menyelesaikan pendidikan itu. Tapi saat itu ia juga menyambi kerja sebagai presenter dan reporter di stasiun televisi lokal di Bandung, kemudian pindah ke B Channel di tahun 2011. Karena tuntutan pekerjaan itu, di tahun yang sama Gladies pun pindah ke Jakarta dan sementara meninggalkan kuliahnya. Saat pindah ke Jakarta, Gladies tak lupa membawa juga oven dan kompor. Di media sosial ia juga rajin membagi-bagi resep yang mudah, sehingga makin banyak follower-nya. Keunggulan membagi resep di media sosial itu adalah bisa bebas dan detail dalam memberikan informasi. Tidak seperti di televisi atau media lain yang terbatas karena durasi.



Semula, tak ada niat Gladies untuk membuka usaha. Ia hanya ingin mengajak anak muda mau kembali ke dapur dan menekankan bahwa memasak itu menyenangkan dan tidak susah. Dari sanalah, kemudian ada yang minta dibuatkan kue. Sejak itu, Gladies mulai menjual kue tanpa meninggalkan pekerjaannya di teve. Sepulang kerja, ia belanja bahan dan langsung membuat kue. Beruntung, tanggapan yang ia terima sangat positif. Dan karena merasa senang, membuat kue pun tidak menjadi beban bagi Gladies. Walau sudah memulai usaha, Gladies pun tetap tidak pelit untuk membagi resep di media sosial. Ia juga tidak takut dengan persaingan. Karena walau resepnya sama, hasilnya pasti bisa berbeda. Beda tangan yang mengerjakan memang akan beda hasil. Latar belakang kuliah Gladies di jurusan Pastry pun juga sangat berguna sekali.

Selanjutnya, Gladies memilih menyelesaikan kuliahnya. Karena fokus kuliah, ia untuk sementara istirahat bisnis kue. Namun, ia mengaku tak terlalu sulit untuk kembali menghidupkan usahanya yang sempat tutup. Ia memang sudah memiliki pelanggan, termasuk dari kalangan artis. Namanya juga sudah dikenal di media sosial. Jadi, ia cukup memanfaatkan media sosial melalui teman-teman dan artis yang ia kenal. Bila sebelumnya membuat kue hanya dijadikan pekerjaan sampingan, Gladies kini menjadikan bisnis kue sebagai pekerjaan utama. Apalagi, sebelum bulan puasa 2013 ia memutuskan untuk memakai hijab. Akibatnya, tawaran untuk menjadi presenter, host atau MC berkurang, bahkan cenderung tidak ada. Gladies pun berpikir mungkin ini memang sudah jalannya. Seperti janji Tuhan, jika satu pintu rezeki tertutup, akan ada pintu rezeki lain yang terbuka.



Demi membuat usahanya semakin dikenal, Gladies juga memanfatkan media sosial dengan mengirim kue ke beberapa selebritas. Sejak itu, dalam dua bulan akun twitter Dapur Gladies mendapat tambahan followersebanyak 2 ribu orang. Sejak itulah Gladies memutuskan sudah tidak ingin bekerja pada orang lain lagi. Dengan modal Rp 300.000 ia membuka usaha ini dari nol lagi. Seiring dengan waktu, pesanan brownies berbagai varian seperti Nutella, Milo cheese, Supermix, Toblerone vs M&M, Peanut butter, dan Black n White mulai datang secara rutin. Awal Desember 2013, Gladies menambah modal menjadi Rp 4 juta. Dan tidak sampai sebulan ia sudah balik modal dua kali lipat. Karena dengan berjualan online, konsumennya harus membayar penuh di muka dan juga membayar biaya kirimnya.

Dalam menjalankan usaha, Gladies dibantu ibunda dan seorang asisten. Padahal, permintaan begitu banyak. Sayang sekali, Gladies terpaksa membatasi pesanan dan membuat daftar tunggu pesanan yang panjang. Dulu, ia membuka pesanan melalui e-mail. Ternyata pada Januari 2014 ia mendapat pesanan sampai 1.300 e-mail. Akhirnya, pada Februari baru masuk proses produksi. Dan semua pesanan itu baru selesai dikirim pada bulan Juni. Jadi, baru empat bulan kemudian, ia bisa memenuhi semua pesanan itu.



Belajar dari pengalaman, Gladies mulai membatasi pesanan. Sekarang ia hanya membuka order melalui chat dan satu orang konsumen hanya dapat memesan 3 kotak. Untuk memesan brownies buatan Gladies, calon pelanggan wajib memantau lini masa akun Twitter-nya. Nanti ia akan mem-publish kapan akan membuka pesanan atau open order yang berlangsung hanya satu jam dalam satu hari. Lewat dari itu ia tidak akan menerima pesanan lagi. Gladies menjual brownies buatannya dari harga Rp 65.00 ampai Rp 95.000.

Enggan mengecewakan pelanggan, Gladies kini membuka garasi rumahnya setiap Sabtu dan Minggu untuk para pelanggan yang tidak sempat memesan saat open order. Dan ternyata makin banyak yang suka dengan brownies buatannya. Resep kue brownies ini hasil uji cobanya sendiri. Ia berusaha bagaimana caranya menghasilkan brownies yang banyak cokelatnya, tapi tidak lembek. Kini Gladies bisa mengantungi omzet Rp 4-5 juta per hari. Untuk bisa memenuhi pesanan yang semakin hari semakin banyak, Gladies berencana untuk membuka tempat khusus pembuatan kue dalam waktu dekat. Sementara ini, pembuatan kue masih dilakukan di rumahnya. Ke depannya, perempuan berkulit putih ini ingin ada toko dan tempat produksi sendiri.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/11/poetry-gladies-karina-dewi-sukses.html
Read More

DEWI ANWAR : PENGAJAR CAKE DECORATOR DAN PEMILIK BATINO̢۪S BAKERY



Kue dengan hiasan bersentuhan beda tentu akan menjadi nilai tambah bagi yang membelinya. Hal inilah yang diterapkan oleh Batino?s Bakery yang berlokasi di Yogyakarta. Sang pemilik Dewi Anwar adalah orang yang sudah lama menggeluti bisnis bakery, dan juga seorang pengajar dekorasi kue.

Selain itu, Dewi juga terkenal piawai menggunakan metode Wilton yang terkenal bisa menyulap tampilan kue jadi lebih istimewa. Perempuan kelahiran 27 Juli ini selain menawarkan kue-kue yang enak dan lezat, juga menyediakan berbagai bahan kue di tokonya yang berada di Jalan Seturan C8, Yogyakarta. Tak hanya itu, ia juga membuka kelas dekorasi kue dengan metode Wilton yang selalu laris dipenuhi peserta.



Cake decorating
dengan metode Wilton sudah dikenal Dewi saat pertama kali ia mempelajari teknik mendekorasi kue. Mendekorasi kue dengan metode Wilton dilakukan dengan menggunakan mentega atau butter cream. Metode Wilton sudah dikenal di antara para cake decorator sejak 1972. Dan boleh dikatakan, metode Wilton adalah pionir dibidang cake decorating. Jadi wajar bila metode ini paling banyak dikenal dan digunakan oleh kalangan cake decorator maupun digunakan dalam lembaga pendidikan non formal seperti kursus-kursus dekorasi kue.



Mendekorasi kue dengan metode Wilton bisa membuat kue tampil beda dan jauh lebih cantik. Tentu saja ada tahapan dalam mendekor kue, dari pemula sampai ahli. Yang jelas, menurut Dewi mendekorasi kue adalah keahlian individu. Dengan latihan berulang akan sangat membantu meningkatkan keahliannya.

Di Batino?s Bakery Yogyakarta, Dewi membuka dua kelas mendekorasi kue dengan metode Wilton. Ada dua paket yang ditawarkan untuk kelas selama dua hari dengan biaya Rp 1,2 juta dan kelas selama tiga hari dengan biaya Rp 1,5 juta.



Beberapa keuntungan mendekorasi kue dengan metode Wilton adalah waktu pengerjaannya akan sangat singkat, dibandingkan dengan mendekorasi kue menggunakan icing plastic atau rolled fondant. Paling lama mendekorasi kue tart besar sekita 1 jam saja dengan metode Wilton. Dewi pun optimis usaha semacam ini akan makin diminati banyak orang.


Contact :
Batino?s Bakery
Jl. Seturan Raya C8 Caturtunggal, Depok, Sleman, (Depan STIE YKPN), Yogjakarta.
Telepon : 0274-486738
Website : batinos-bakery.blogspot.com


amura courier : layanan jasa kurir untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Cepat, professional, dan bertanggung jawab. Tlp & sms : 085695138867


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/10/dewi-anwar-pengajar-cake-decorator-dan.html
Read More

TOMMY KURNIAWAN, Bisnis Lahan Pemakaman Bersama Al Azhar Memorial Garden




Aktor Tomy Kurniawan saat ini mempunyai kesibukan baru. Ia mendapat kepercayaan sebagai staf marketing official agencydari AL AZHAR MEMORIAL GARDEN. Ia memang bukan pemilik yang membangun AL AZHAR MEMORIAL GARDEN, tapi hanya mendapat kepercayaan menjadi bagian tim marketingnya dengan menjadi official agencysendiri di bawah bendera perusahaan yang didirikannya, PT Kurnia Abadi. Di perusahaan itu,Tommy mempunyai tim marketingsendiri.


Tommy mengaku, awalnya banyak mendapat pro dan kontra saat dirinya hendak memasarkan lahan pemakaman itu. Ada yang menyambut baik usahanya, karena melihat lahan pemakaman yang dipasarkannya dibangun dengan sistem terpadu dan hanya untuk satu kaum saja. Namun ada juga yang merasa, bisnisnya seperti mendoakan orang meninggal, atau sesuatu dengan konotasi yang mungkin tidak diharapkan. Tapi semua itu Tommy anggap sebagai sebuah tantangan baginya dan tim-nya. Toh, pada kenyataannya, setiap manusia memang harus siap kapan saja untuk menghadap Sang Pencipta. Kalau bisa dipersiapkan, kenapa tidak ?



Dibantu beberapa teman yang bersedia menjadi tenaga marketing freelance, Tommy optimis, proyek pemakaman di kawasan Karawang Timur dengan luas tanah 25 hektar ini akan bisa diterima masyarakat. Dengan tim marketing yang terdiri dari beberapa ustaz, kalangan akademisi, dan lain-lain Tommy merasa yakin akan bisa mensosialisasikan dan memasarkan proyek ini dengan baik.

Dengan harga mulai Rp 23 juta hinga Rp 100 juta, pembeli akan mendapatkan sertifikat hak kepemilikan. Soal harga, itu memang sangat relatif. Karena kavling makam di AL AZHAR MEMORIAL GARDEN sangat menarik untuk dijadikan investasi. Pembeli pun bisa mengambil sekaligus beberapa unit, yang dalam beberapa tahun kemudian bisa dijual kembali. Atau bisa juga membeli untuk hadiah, misalnya untuk orang tua, mertua, kerabat, dan sahabat.

Harga di atas sudah termasuk perawatan makam setiap bulannya. Sehingga pihak keluarga tak akan direpotkan lagi dengan biaya perawatan makam bulanan seperti yang selama ini ada di TPU (Taman Pemakaman Umum), karena pihak manajemen sudah menyisihkan anggaran perawatan dari harga tadi. Biaya itu juga sudah termasuk maintenance kebersihan, dan perawatan rumput di sekitar makam. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran, apakah makam keluarganya terurus atau tidak. Anggota keluarga yang datang untuk berziarah juga bisa berdoa dengan nyaman.
______________
amura courier
: layanan jasa kurir untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Cepat, professional, dan bertanggung jawab. Tlp & sms : 085695138867


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/07/tommy-kurniawan-bisnis-lahan-pemakaman.html
Read More

EVI SO : Pemilik Brand SOBAG,- Tas Tenun Berkualitas Dengan Harga Terjangkau




Menggeluti bisnis tas, fashion, dan aksesoris berbahan kain tradisional menjadi pilihan Evi Susanti yang akrab dipanggil Evi So, sejak tahun 2011. Pengalamannya menjadi marketing online selama 10 tahun di dunia valuta asing membuatnya dengan mudah beradaptasi saat memutuskan resigndan berwirausaha. Dengan bendera Sobag, Evi So tak hanya menciptakan lapangan pekerjaan tetapi juga ikut merangkul para pengrajin kain tradisional.

Evi menjelaskan, bisnis ini memang bukan bisnis pertamanya, tetapi ternyata ini menjadi bisnis yang akan ia jaga dan kembangkan terus. Lewat bisnis Sobag ini, ia juga ingin bisa bermanfaat bagi orang lain. Ia bersyukur, bisa merangkul pengrajin kain tradisional dan membuka lapangan pekerjaan untuk pekerja workshop. Bahkan, sekarang juga telah ada ratusan reseller yang ikut mempromosikan produk Sobag. Para ibu yang tadinya pasif, sekarang bisa menjadi mandiri bahkan bisa mendapat penghasilan Rp 1-15 juta per bulan. Bagi Evi, itu sudah menjadi kepuasan tersendiri.



Menurut Evi So, semuanya terjadi bukan semudah membalikkan telapak tangan. Namun ia selalu semangat menjalani setiap pekerjaan yang berkaitan dengan bisnisnya ini. Ternyata dari semangat inilah bisa membuahkan hasil yang baik. Sebelumnya ia bahkan tidak membayangkan bisnisnya akan sebesar sekarang. Di awal bisnis, ia tidak pernah terlalu memikirkan untung. Semuanya baru terasa dua tahun kemudian ketika produksi dan property usaha yang dimilikinya mulai bertambah. Barang yang dipesan konsumen pun selalu ada.

Ibu dari Irfan Kobe Mikael ini mengaku, memulai usaha karena berani berteman dengan resiko. Keberanian inilah yang membuatnya menawarkan peluang bisnis lewat konsep jaringan. Ternyata gayung bersambut. Dalam waktu relatif singkat, jumlah reseller sudah mencapai ratusan dan tersebar di pelosok tanah air hingga ke mancanegara, sebutlah Amerika, Inggris, dan Jerman. Para reseller itu sebelumnya adalah pemakai produknya. Ternyata mereka mendapat respons baik oleh lingkungan. Selain itu, Evi juga memiliki strategi, setiap hari harus meng-upload produknya di media sosial. Karena produknya merupakan handmade, maka jumlahnya terbatas. Para reseseller-nya pun akan cepat berburu dan saling rebutan. Siapa cepat dialah yang dapat. Menurut Evi, inilah salah satu kenikmatan menjadi resellerSobag.

Ditambahkan istri dari Hasan Basri ini, budaya rebutan dan berburu disebabkan karena jumlah produknya memang sangat terbatas. Bayangkan saja, dari 1 kain hanya bisa menjadi 2-6 item tas. Meski warnanya sama, namun motifnya tidak ada yang sama. Selain itu produk yang sudah dikeluarkan juga tidak bisa dipesan ulang. Kalau habis tidak akan diproduksi lagi. Jadi dari sini, Evi menjelaskan, para reseller tersebut sama seperti dirinya, harus mau berteman dengan resiko, dan harus berani mengeluarkan modal agar tidak kehabisan barang serta selalu update. Kini dalam sebulan Evi So bisa memproduksi hingga 2000 items.

Selain itu, Evi So yang memasarkan produknya lewat jejaring sosial ini sangat memperhatikan para reseller. Dalam akun Facebook-nya, ia tidak pernah mem-publishharga, tapi hanya berupa kode. Ini agar resellertetap memiliki kerahasiaan dalam memasarkan produk. Evi pun juga memanjakan para reseller dengan berbagai hadiah. Mulai dari pernak-pernik sampai dompet dan tas yang sudah ia pilih untuk tidak dijual.

Saat ini Evi So sudah memiliki 3 workshop di Jakarta dan Bogor. Dan produknya masih menjadi market leader untuk tas tenun berkualitas dengan harga terjangkau. Ia pun siap bersaing dengan kompetitor yang semakin banyak bermunculan. Paling tidak kehadiran Sobag sudah mengubah mindsetbahwa untuk mendapatkan tas handmade berkualitas tidak lagi mahal. Kemudian, niat Evi yang ingin mengedukasi dengan mengenalkan berbagai kain tradisional lewat tas dan aksesoris juga terwujud. Evi mematok harga tasnya mulai dari Rp 450 ribu hingga Rp 550 ribu.

Ke depannya, Evi So masih ingin terus giat mengeksplor berbagai kain Nusantara. Ia berencana bisa membuka showroom dan terus mengembangkan Sobag. Ia juga ingin bisa lebih memupuk motivasi agar bisa bermanfaat bagi orang banyak. Mulai dari pengrajin, pekerja workshop, dan reseller. Itu semua harus jadi semangatnya yang tidak boleh padam. Evi So juga memiliki tiga formula sukses yang ia bagikan bagi yang ingin memulai atau bergabung menjadi reseller, yakni berani melangkah, berani ambil risiko, berani berubah, dan siap bekerja keras.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/12/evi-so-pemilik-brand-sobag-tas-tenun.html
Read More