Sunday, January 31, 2016

ELLEN WIDYASARI, Pemilik BUTIK TUMPENG. Ragam Tumpeng Dengan Penampilan Eye Catching




Bagi Ellen Widyasari, pemilik Butik Tumpeng, kemampuannya di bidang masak yang bisa menjadi sebuah lahan usaha yang menjanjikan, adalah hal yang ajaib. Tak terbayangkan sebelumnya, jangankan bisa memasak tumpeng dan menjualnya buat orang lain, dulu untuk membedakan ketumbar dan merica saja ia tidak bisa. Ellen baru mulai belajar memasak saat mendampingi suaminya, Duddy Suhadi, yang bekerja di Singapura. Ternyata, disitulah ia baru merasakan bahwa memasak itu sangat mengasyikkan. Ia pun makin terpesona dengan dunia kuliner ketika seorang temannya yang sedang hamil, memesan katering harian padanya. Pada tahun 2005 itu lah, Ellen mulai fokus dengan dunia masak. Selanjutnya, ada lagi seorang temannya yang memesan tumpeng. Permintaan itu ia sanggupi, hingga akhirnya dari mulut ke mulut, makin banyak order pesanan yang datang menghampirinya. Apalagi masyarakat Indonesia yang ada di Singapura memang selalu kangen dengan masakan Indonesia termasuk tumpeng.

Kembali ke Indonesia dan tinggal di Pesona Khayangan, Depok, Ellen melanjutkan usahanya. Ia yang semula belajar masak secara otodidak, mulai menambah ilmu. Antara lain ikut komunitas kuliner dan mengikuti kursus memasak. Ia juga sempat menyebar brosur untuk memperkenalkan tumpeng kreasinya, tapi kurang maksimal. Lewat Facebook, respons pemesan justru sangat cepat. Facebook memang merupakan alat komunikasi yang dahsyat. Setelah ada pesanan tumpeng, Ellen pun segera memotret dan mengunggahnya di Facebook. Kebetulan pula, ia juga pernah mengikuti kursus food fotografi.





Pesanan tumpeng pun terus mengalir. Rata-rata dalam sebulan Ellen menerima pesanan 15-20 kali. Bahkan, pernah dalam sehari harus menerima pesanan dari dua pelanggan. Kerap pula pelanggan pesan lebih dari satu tumpeng. Selain tumpeng, Ellen juga mengandalkan menu ayam kodok. Tapi, tumpeng tetap yang utama. Ellen kerap menerima pesanan untuk berbagai acara. Yang paling sering adalah untuk acara ulang tahun. Ada juga yang pesan untuk acara syukuran, pindah rumah, dan lain sebagainya.

Ellen yang masih terus mengasah kemampuannya ini pun mengaku harus mengikuti perkembangan pasar. Saat ini, bentuk tumpeng tak cukup hanya kerucut. Sekarang bentuk tumpeng telah berkembang menjadi model bertingkat, bentuk bunga, dan juga hati. Belakangan ini, Ellen juga kerap menerima pesanan tumpeng untuk acara anak. Biasanya, orang tuanya minta dibuatkan karakter tertentu dengan karakter yang disukai anak. Kebanyakan yang disukai adalah tema kartun. Yang belakangan ini sedang tren, misalnya saja kartun minion.





Jurus jitu ibu satu anak kelahiran Cirebon ini di tengah persaingan usaha sejenis, adalah ia harus terus kreatif. Soal rasa harus benar-benar diperhatikan. Harus enak dan kualitas bahannya juga bagus. Tak kalah penting, penampilan tumpeng juga harus eye catching. Ellen memasang harga Rp 750.000 untuk tumpeng biasa 20 porsi. Sementara untuk tumpeng yang pengerjaannya lebih sulit, harganya tentu beda lagi. Karena semakin banyak order yang datang, Elleng juga tak bisa mengerjakannya sendirian. Sekarang ia sudah dibantu oleh lima orang karyawan.

Kini, pelanggan Ellen sudah tersebar se-Jabodetabek. Ellen pun bekerja sama dengan taksi langganan untuk mengantarkan pesanan. Denga omzet rata-rata Rp 25 juta per bulan, Ellen makin mantap menekuni usaha ini. Bahkan, sudah beberapa tahun belakangan ini, Ellen merambah usaha kue kering. Ia baru mulai belajar membuat kue kering di tahun 2011. Selanjutnya, dengan percaya diri ia siap berjualan kue kering produksinya. Ternyata sambutannya juga luar biasa. Mulai dari menjual 750 stoples, berikutnya meningkat menjadi 2.400, bahkan pernah sampai hingga 3.600 stoples.

https://www.facebook.com/ellen.widyasari.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/07/ellen-widyasari-pemilik-butik-tumpeng.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment