Sunday, January 24, 2016

H. SYACHRANI, Pemilik Usaha Kerupuk Amplang Ikan Pipih-Palangkaraya



Syachrani, yang waktu itu masih bekerja sebagai petugas juru bayar di Detasemen Pembekalan dan Angkutan Korem 102/Panju Panjung, mengawali usaha kerupuk amplang ikan pipih pada 1986. Bersama istrinya, Saneah, dia belajar membuat kerupuk amplang pada Embuniwati, kakak Saneah.

Waktu itu kehidupannya memang masih pas-pasan. Maka itu, ia pun mulai belajar memasak kerupuk amplang yang kemudian dijual di kios kelontong dan kios rokok, untuk menambah penghasilan. Harga sebungkus kerupuknya kala itu hanya Rp 25. Namun, Syachrani terus menekuni usaha pembuatan kerupuk amplang itu setelah ia pensiun pada tahun 2002.

Pada tahun-tahun awal membuat kerupuk amplang, Syachrani bersama istri sering kali gagal karena kerupuk mudah melempem dan juga kadang kala terlalu banyak minyak sehingga terlalu basah. Meskipun demikian, dia tetap mencoba hingga berhasil menemukan takaran yang pas untuk membuat kerupuk amplang yang renyah.

Sekitar tahun 1990, ia pun mulai menjual kerupuk di sejumlah toko swalayan. Hingga saat ini sudah ada 12 toko swalayan yang menjual kerupuk buatannya. Dan dari usaha menjual kerupuk amplang ini, Syachrani dan sang istri sudah mampu menunaikan ibadah haji.

Syachrani pun kerap mengikuti pelatihan dan bimbingan yang difasilitasi sejumlah instansi pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan membuat kerupuk amplang. Dia pernah mengikuti pelatihan Penyuluhan Keamanan Pangan Industri Rumah Tangga Pangan yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya pasa 26-27 Mei 2005, serta mengikuti Bimbingan Teknis Piagam Bintang Satu Keamanan Pangan yang diselenggarakan Balai Pengawas Obat dan Makanan RI di Palangkaraya pada 2005 dan 2006.

Selain itu, Syachrani juga pernah menjadi juara I pada Seleksi dan Verifikasi UKM Pengolahan Tingkat Provinsi Kalteng pada 6 Desember 2008 yang diselenggarakan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalteng. Kemenangannya itu memberikannya dia sebuah hadiah alat pres kemasan.

Syachrani membuat kerupuk amplang lima kali dalam sebulan. Setiap kali membuat kerupuk, dia bisa menghasilkan 130 bungkus kerupuk amplang yang masing-masing seberat 70 gram per bungkus. Ia memang tidak setiap hari membuat kerupuk, paling hanya seminggu sekali sambil terus juga melihat persediaan di toko swalayan. Produksi ini sengaja dibatasi untuk menjaga kualitas rasa kerupuk amplang buatannya.

Kerupuk amplang ikan pipih buatannya sekarang dijual Rp 11.000 per bungkus. Di toko-toko harga jualnya menjadi sekitar Rp 13.200 per bungkus. Harganya akan terus meningkat karena ikan pipih semakin mahal dan sulit dicari akibat sungai yang kian tercemar.

Pada awal tahun 2000-an, Syachrani mengaku menjual kerupuk amplangnya hanya Rp 5000 per bungkus. Pada waktu itu, harga ikan pipih masih Rp 20.000 per kg. Sementara sekarang, harganya sudah Rp 85.000 per kg.

Ikan pipih dibelinya dari dua penjual ikan langganan di Pasar Besar, Palangkaraya. Karena ikan pipih yang hidup di sungai-sungai di Kalimantan Tengah semakin sulit ditangkap, maka tidak setiap hari tersedia ikan pipih. Jika ada persediaan ikan pipih, Syachrani pun akan ditelepon pedagang, kemudian ikan akan langsung diantar ke rumahnya.

Untuk membuat kerupuk amplang sebanyak 130 bungkus, dia memerlukan modal sekitar Rp 600.000 untuk membeli bahan-bahan, antara lain 7 kg tepung tapioka, 5,5 kg daging ikan pipih, 20 telur, 4 liter minyak goreng, bawang putih, dan penyedap rasa.

Selama ini Syachroni mengolah adonan, menggoreng, dan mendistribusikan kerupuk hanya berdua dengan istrinya. Dengan menggunakan sepeda motor, mereka berkeliling kota mengantarkan kerupuk ke 12 toko di Palangkaraya. Setiap toko menerima 10-20 bungkus kerupuk amplang ikan pipih buatannya. Ia memang tidak bisa mengantar lebih banyak lagi, karena faktor usia.

Untuk mempertahankan usahanya yang dikenal dengan merek Kerupuk Amplang Asli Ikan Pipih Haji Syachrani, dia berencana membuka kios khusus di tepi jalan raya yang hanya menjual kerupuk amplangnya. Dia juga bertekad mewariskan resep pembuatan kerupuk ini kepada anak-anak dan juga cucunya.

Hasil penjualan 130 bungkus kerupuk itu mencapai Rp 1.430.000. Setelah dikurangi biaya produksi, Syachrani memperoleh laba Rp 830.000 setiap 130 bungkus. Dalam sebulan, dia bisa memperoleh laba bersih sekitar Rp 4.150.000.

Melalui penghasilannya sebagai juru bayar sejak 1976 hingga 2001, ditambah hasil penjualan kerupuk amplang ikan pipih, Syachrani mampu menyekolahkan putrinya hingga lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya. Selain itu, Syachrani dan istri juga telah melaksanakan ibadah haji pertama kali pada 1995. Dan juga telah menunaikan ibadah umroh pada 14 Januari 2014.

Untuk menjaga kualitas rasa dan kesehatan, Syachrani tidak berani memberikan tambahan bahan pengawet dan campuran daging ikan lain. Pada kemasannya sudah terdapat tulisan ikan pipih, maka pantang bagi Syachrani membohongi pelanggan dengan mencampurkannya dengan daging ikan lain. Selain itu, karena menghindari pemakaian pengawet demi menjaga kesehetan, risiko kerupuk amplangnya hanya tahan masksimal 25 hari. Lain halnya bila memakai pengawet, yang bisa tahan hingga tiga bulan.

Oleh karena itu, Syachrani menambahkan, kerupuk amplang buatannya hanya dijual di kota Palangkaraya. Karena semakin jauh lokasi penjualan, daya tahan kerupuknya harus lebih lama, dan dibutuhkan pengawet. Maka, Syachrani pun sengaja menjadikan produk kerupuknya ini menjadi kekhasan kota Palangkaraya.

Syachrani juga mengaku sulit mengembangkan usahanya, antara lain, karena terkendala bahan baku daging ikan pipih. Ikan pipih juga sulit dibudidayakan oleh petani ikan. Padahal, Syachrani selama ini memilih tidak mencampur dengan daging ikan lain untuk menjaga kekhasan dan kualitas ikan pipih. Dia ingin kerupuk amplang ikan pipih ini bisa bertahan lama.




reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/02/h-syachrani-pemilik-usaha-kerupuk.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment