Tuesday, January 12, 2016

MOHAMMAD AZIZI, Pemilik Usaha Frozen Fish Bandeng Tanpa Duri Mentari



Keinginan untuk selalu dekat dengan keluarga bisa jadi pemantik seseorang menjadi wirausahawan. Apalagi, kalau pekerjaan yang ditekuni mengharuskan untuk selalu berpindah tempat. Bagi mereka yang masih lajang, mungkin pergerakan ini masih menyenangkan. Bertemu orang baru dan merasakan suasana baru membuat hidup lebih berwarna. Akan tetapi, ketika memilih untuk berkeluarga, banyak hal yang harus dikompromikan dengan sistem kerja yang suka berpindah-pindah.

Keputusan Mohammad Azizi meninggalkan pekerjaan dengan mobilisasi tinggi bukan tanpa konsekuensi. Selama enam tahun menjadi karyawan, pria yang biasa disapa Aziz ini berhasil memegang jabatan yang cukup bergengsi di sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri consumer goods. Ia bahkan mempunyai mobil dan sebuah rumah dinas untuk ditempati. Penghasilannya pun lumayan untuk sebuah keluarga kecil. Saat itu Aziz memang baru saja menikah.

Namun, tekadnya sudah bulat. Ia harus mencari pekerjaan yang membuatnya menetap. Apalagi, sang istri mendukung agar ia berwiraswasta. Pada tahun 2012, Aziz pun memilih berhenti menjadi karyawan. Aziz mulai mencari-cari peluang berbisnis dengan memanfaatkan jaringan yang dimiliki selama bekerja.

Konon, ketika seseorang sudah menetapkan niat yang kuat, maka semesta akan berkonspirasi mendukung niat tersebut. Seorang teman pemilik tambak bandeng kemudian mengajak bertemu. Si teman ingin mengembangkan usahanya, bukan sekedar menjual ikan segar. Aziz pun melihat hal ini sebagai peluang usaha yang bagus. Mereka akhirnya berdiskusi, memikirkan bagaimana caranya agar bandeng ini bisa memberikan nilai tambah.

Mereka pun berbagi tugas sesuai kompetensi masing-masing. Aziz diserahi mengurus manajemen dan pemasaran produk. Sedangkan, urusan produksi diserahkan sepenuhnya kepada si teman. Bahan baku yang berlimpah serta belum banyaknya kompetitor membuat keduanya yakin usaha ini akan menuai sukses.

Optimisme memang penting dimiliki oleh siapa pun yang baru memulai usaha. Meski memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam hal pemasaran, pada kenyataannya tidak mudah menjual produk baru ini. Berbulan-bulan Aziz menawarkan produknya dengan sistem ketok pintu (door to door). Hanya dengan cara ini, menurutnya, bandengnya mendapat kesempatan untuk tampil. Empat bulan pertama belum ada yang membeli. Ia pun terus saja berkeliling mencari hotel, restoran, supermarket yang potensial untuk produk bandengnya.

Berbagai penolakan diterimanya dengan lapang dada. Calon pelanggan menolak produknya dengan berbagai alasan, antara lain kemasannya kurang menjual, kualitasnya diragukan, dan lain sebagainya. Diam-diam, kritikan dari yang datang diubah menjadi masukan untuk terus menyempurnakan produk bandeng tanpa duri ini. Pada bulan kelima, barulah bandeng ini mendapatkan pembeli pertama yang berlanjut dengan rentetan pembelian berikutnya.

Salah satu masukan yang berharga yaitu ketika diminta melapisi bagian tengah bandeng dengan plastik. Cara ini berhasil menghindarkan bandeng dari lengket. Namun, yang paling penting dalam memasarkan produk bandeng menurut Aziz adalah, perlakuan pasca produksi. Dan masukan dari orang-orang yang datang sangat berpengaruh pada proses kreatif usaha bandeng ini.




Semakin lama, produk miliknya semakin masyhur. Bandeng tanpa duri bahkan menjadi salah satu oleh-oleh andalan yang paling dicari. Produk ini bisa didapatkan di toko oleh-oleh dan supermarket di Jawa Timur, termasuk Ranch Market dan Lion Superindo. Bandeng ini dijual dengan harga Rp 45 ribu per kilogram. Satu paket berisi tiga ekor bandeng dengan berat rata-rata 330 gram dan dikemas dalam kondisi beku. Ada berbagai ukuran yang bisa dipilih, mulai 200 gram, 250 gram, 330 gram, dan 400-500 gram.

Ketika musim liburan, omzet penjualan Bandeng Tanpa Duri Mentari bisa mencapai Rp 30 juta per bulan. Aziz bahkan sempat mendapat tawaran untuk ekspor ke Malaysia. Namun, peluang ini masih terganjal aneka persyaratan yang ditetapkan Kementrian Perindustrian. Kini, Aziz masih berupaya melengkapi segala persyaratan agar rencana ekspor bisa cepat terealisasi.

Aziz pun ingin usahanya bisa memberikan dampak yang lebih besar di masyarakat. Ia pun memperkerjakan ibu-ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang untuk menjadi tenaga pencabut duri. Bagi yang tidak punya keahlian cabut duri akan diberi pelatihan terlebih dahulu. Aziz sangat mempercayai, sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain.




Kini, Aziz tengah dalam perjalanan membuat usahanya menjadi lebih besar lagi. Untuk jangka pendek, ia ingin ada diversifikasi produk matang olahan beku. Lalu untuk jangka panjang, Aziz ingin mempunyai sebuah tempat berkonsep one stop shopping, tempat pembeli bisa membeli aneka produk bandeng. Aziz bahkan sudah mempunyai nama untuk tempat ini, yaitu Rubi alias Rumah Bandeng Indonesia. Bagi Aziz, celah sekecil apa pun harus dimanfaatkan, yakinlah bahwa celah tersebut bisa membuka peluang yang lebih besar.





Contact & Pemesanan :

UD. Multi Sarana Niaga

Jl. Pendopo No 7 Sembayat, Manyar, Gresik JATIM
Telp/Fax (031) 3944196
Sales & Marketing 081333218567
email: bandengmentari@yahoo.com




reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2014/02/mohammad-azizi-pemilik-usaha-frozen.html


Related Post :


Loading...


2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih, konten yang sangat bermanfaat dan menarik.
    Kunjungi website kami untuk mendapatkan info lebih 👇

    Frozen Fish Market

    ReplyDelete