Thursday, January 7, 2016

JATU DWI KUMALASARI, INOVATOR GUDEG KALENG




Lahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai dokter dan ibu seorang pengusaha, Jatu Dwi Kumalasari hanya dibolehkan kuliah di dua bidang. Ia harus memilih antara kedokteran atau ekonomi. Ia pun akhirnya memilih ekonomi.

Lulus kuliah, Jatu terpikir untuk berwirausaha. Namun tak terlintas di benaknya untuk terjun ke bisnis yang sudah dirintis keluarganya selama tiga generasi. Padahal saat itu, Gudeg Bu Tjitro 1925 tengah menghadapi persaingan sengit. Pada tahun 2004, banyak sekali rumah makan maupun angkringan pinggir jalan yang menjual makanan khas Yogyakarta ini.

Gudeg Bu Tjitro memang tidak karam. Akan tetapi, omzetnya merosot tajam. Jatu pun mengemban tugas untuk membangkitkan kembali usaha keluarganya. Sang bunda yang pengusaha semasa hidupnya tak henti mendukung dan menyemangati anak pertama dari tiga bersaudara ini.

Jatu sempat berpikir untuk merambah pasar dengan sistem waralaba. Namun ide itu ia tarik begitu mengenang perjuangan eyangnya dalam merintis bisnis gudeg. Tidak layak rasanya usaha yang membawa nama sang eyang dijual sebagai waralaba.

Jatu pun memikirkan alternatif lain. Ia kemudian mencoba membaca selera pasar. Kehidupan modern telah menggeser pola konsumsi masyarakat. Gudeg yang identik dengan makanan tempo dulu tidak lagi menjadi primadona. Keadaan inilah yang membuat perempuan kelahiran Sragen, 7 Januari 1980 ini termotivasi untuk menciptakan inovasi.

Jatu pun terbayang makanan kalengan. Ia ingin sekali gudeg resep rahasia keluarganya bisa dikemas dalam kaleng. Harapannya, wisatawan atau pecinta gudeg dapat menikmatinya kapan saja, dan di mana saja. Agar tetap ramah untuk kesehatan, Jatu berhasrat membuat gudeg kalengan tanpa bahan pengawet maupun MSG.

Sayangnya saat itu cita-cita Jatu terbentur oleh teknologi, hingga belum ada kesempatan untuk mengembangkan ide tersebut. Gudeg Bu Tjitro 1925 pun tetap dijual dalam kemasan kardus besar atau disantap langsung di rumah makan.

Jalan untuk mewujudkan ide gudeg kalengan terbuka pada tahun 2008. Jatu menemukan informasi penelitian makanan kaleng tanpa pengawet dari laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wonosari, Yogyakarta. Tanpa pikir panjang, perempuan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YKPN Yogyakarta ini langsung menawarkan kerja sama.

Upaya itu tak langsung berhasil dengan gemilang. Tim peneliti pun terus mengoreksi kesalahan dan kegagalannya. Setelah tiga tahun berusaha, mereka berhasil mempertahankan kesegaran gudeg dalam kaleng.

Untuk mengkalengkan gudeg, peneliti melibatkan proses fisika dan kimia. Mereka membersihkan kaleng hingga steril. Setelah itu, gudeg yang sudah matang dimasukkan dan segera ditutup dalam keadaan panas. Prosesnya tak berhenti di situ. Gudeg kaleng masih harus dipanaskan dalam suhu tertentu, lalu dimasukkan dalam air dingin. Proses inilah yang membunuh bakteri yang tidak mati dalam suhu panas.

Selanjutnya gudeg yang telah dikalengkan masuk ke masa karantina. Selama 14 hari, gudeg kalengan ditempatkan di ruangan bersuhu normal. Jika ditemukan kaleng yang menggelembung, tim pengecekan kualitas akan menyingkirkannya. Itu tandanya masih terdapat bakteri yang hidup di dalam kaleng, hingga gudeg gagal tersimpan dengan baik.

Pada tahun 2011, gudeg kaleng Bu Tjitro 1925 resmi dipasarkan. Di tiap kalengnya, Jatu telah menyiapkan paket gudeg lengkap dengan olahan ayam, telur, dan krecek. Pecinta gudeg pun merespons positif inovasi tersebut. Mereka merasa termudahkan dalam membawa buah tangan gudeg. Gudeg tidak lagi harus ditenteng dengan wadah kardus besar yang tak praktis.


Terjun ke bisnis keluarga, Jatu mendapat dukungan penuh. Sepupunya juga selalu memberikan semangat. Adiknya yang kedua pun turut mengikuti jejaknya sebagai pengusaha. Dukungan dari suami, Ikhwan Solihan, juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran bisnis gudeg Bu Tjitro 1925 yang Jatu coba kembangkan. Sejak awal menikah, Jatu dan suami memang menjadikan wirausaha sebagai orientasi masa depannya.

Meski hari-harinya sibuk berbisnis, Jatu tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai ibu dari tiga orang anak. Saat penelitian berlangsung misalnya, dia selalu memulai aktifitas usai jam sekolah, setelah mengantar dan menunggui anak sekolah.

Jatu juga menjalin hubungan akrab dengan orang tua dan teman-teman anaknya. Mereka menjadi kawan sekaligus pelanggan setia gudegnya. Jatu memiliki tips sukses bahwa dengan berkepribadian terbuka dan ramah, merupakan salah satu jalan menambah konsumen.

Mengingat usahanya yang terus berkembang, Jatu pun bertekad mendidik jiwa pengusaha pada ketiga anaknya. Ia ingin kelak anak-anaknya bisa menjadi penerus usaha keluarga yang telah bertahan hingga tiga generasi ini. Jatu bertekad, bisnis gudeg harus tetap bertahan di tengah popularitas gaya hidup modern.

Selain menjalin kerja sama dengan resellerdi Pulau Jawa dan Bali, Jatu juga berusaha untuk memasarkan gudeg Bu Tjitro 1925 ke luar negeri. Gudeg kalengannya kini bisa didapatkan di London, Inggris. Dalam sebulan, 500 kaleng gudeg ia terbangkan ke London.

Gudeg menjadi makanan penebus rasa kangen terhadap Tanah Air bagi warga Indonesia yang bermukim di Inggris. Akan tetapi mengingat masih terbatasnya jumlah pasokan dari Yogyakarta, tiap keluarga hanya boleh membeli satu kaleng. Jatu sebetulnya ingin memuaskan permintaan pelanggannya. Namun selain terkendala produksi, perizinan juga menjadi penghalang untuk mengembangkan bisnis gudeg kaleng di luar negeri.

Di dalam negeri, reseller gudeg Bu Tjitro 1925 telah melayani sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Bali. Tiap bulannya, sekitar 5000 kaleng gudeg diproduksi. Dalam kemasan 240 gram, harga kaleng yang disarankan berkisar antara Rp 22 ribu hingga Rp 25 ribu.

Pekerjaan rumah Jatu belum usai. Tantangan bisnis berikutnya telah menanti. Konsumen dari Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi ingin mendapatkan gudeg rasa pedas. Dan ia pun akan segera meluncurkan varian gudeg rasa pedas untuk memenuhi permintaan konsumen di ketiga pulau itu.

amura courier : layanan jasa kurir untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Cepat, professional, dan bertanggung jawab. Tlp & sms : 085695138867


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/08/jatu-dwi-kumalasari-inovator-gudeg.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment