Thursday, January 7, 2016

KORINA, Walau Tak Bisa Menjahit Sukses Melahirkan Brand Busana Muslim MY RIN




Tak lagi bekerja di perbankan setelah krismon melanda, pada 1999 Korina memilih melanjutkan sekolah ke jenjang S2. Sambil mengasuh kedua anaknya dan sibuk kuliah, ia mengambil kursus desain busana di Susan Budihardjo dan Esmod Jakarta. Dalam bayangannya, jika sudah waktunya dia bekerja lagi, ilmunya sudah lebih meningkat. Atau kalau pun ingin membuka usaha, sudah ada bekalnya.

Di sela semua kesibukannya, lulusan Perbanas jurusan akuntansi ini kerap menerima pesanan desain baju dari teman-temannya. Dari situlah, akhirnya Korina memutuskan membuat butik busana muslim Korin?s Boutique di bilangan Kebayoran Baru. Selama 5-6 tahun, butik berjalan baik. Apalagi, busana karyanya juga sering dipinjam untuk pemotretan busana di majalah muslim, antara lain Noor, Paras, dan Aulia.

Saat itu, brand busana muslim belum sebanyak sekarang. Jadi dalam setahun bisa enam kali busana di butiknya tampil di majalah bulanan itu. Peran majalah di tahun 2002 itu memang sangat besar. Alhasil, banyak permintaan akan busana yang ditampilkan di majalah, termasuk dari luar kota. Padahal, pembuatan busana itu sengaja dibatasi. Karena konsepnya butik, jadi kalau dia sudah membuat desain yang sama sebanyak 20 buah, produksi langsung distop, meskipun permintaan masih tinggi.

Setelah setahun butik berjalan, sang suami mendorongnya untuk menseriusi bisnis butiknya. Lantaran sudah mendapat lampu hijau dari suami, Korina pun jadi lebih serius lagi mengelola butiknya, dengan memperkerjakan beberapa karyawan. Akhir 2009, konsep busana yang lebih massal mulai digodok Korina bersama suaminya, Supriyanto. Awal 2010, label My Rin diluncurkan dengan produk pertama berupa gamis dari kain katun, yang saat itu masih jarang di pasaran. Peluncuran yang dilakukan lewat iklan sederhana di majalah ini ternyata mendapat respons luar biasa. Di tahun pertama itu, My Rin langsung membuka 10 cabang di beberapa kota.




Setelah melihat busana My Rin di majalah, memang banyak permintaan dari luar kota untuk membuka toko di kota mereka. Padahal, Korina dan suaminya belum siap dengan sistem franchise. Akhirnya mereka pun memilih konsep bermitra. Pihak dari luar kota yang dimintanya menyiapkan toko yang khusus menyediakan produk My Rin. Korina pun juga meminta tokonya harus berada di mal karena sudah pasti ramai pengunjungnya.

Menariknya, Korina saat itu belum memiliki toko sendiri untuk men-display My Rin. Karena sudah kewalahan memproduksi sejak awal, akhirnya ia terpaksa menutup butiknya. Dalam sebulan, ia memproduksi 2 ribu sampai 3 ribu busana. Setelah berjalan dua tahun, barulah ia memiliki on store sendiri. Jadi dari situ ia bisa melihat apa kekurangan dan kendala para mitranya dalam menjalankan bisnis ini. Kalau dulunya hanya ia sendiri yang mendesain, sekarang sudah ada tim sendiri untuk itu. Korina pun mengaku hingga kini tak bisa menjahit.

Lantaran toko milik mitranya diminta khusus menjual produk My Rin, Korina lalu melengkapi produknya dengan kerudung dan aksesori lainnya yang dibuat secara handmade. Di luar dugaan, perlengkapan tambahan ini juga mendapat respons luar biasa. Seminggu sekali, My Rin yang menyediakan busana kasual, kantor, dan pesta mengeluarkan satu model baru, dengan harga busana berkisar Rp 200 ribu-Rp 1,7 juta.

Menurut Korina, dibandingkan brand lain, My Rin memang belum terlalu terkenal, tapi produknya ternyata sudah diterima masyarakat di berbagai kota. Hingga kini, My Rin memiliki 20 cabang di berbagai kota. Korina sengaja membatasi satu mitra per kota agar tak saling berbenturan. Sementara ia menangani produksi, urusan manajemen ia percayakan kepada suaminya.

Ia memang telah meminta suaminya untuk resign dari pekerjaannya dan fokus membantunya, karena kalau ia yang mengurusi sendiri semuanya akan keteteran. Walau sebetulnya ia kasihan juga, karena posisi si suami di kantornya sudah cukup tinggi. Kini, Korina sudah memiliki karyawan sekitar 100 orang. Dan ke depannya ia ingin memperluas jangkauan My Rin dan ingin menjadikan My Rin sebagai brand yang semakin diakui.



reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/12/korina-walau-tak-bisa-menjahit-sukses.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment