Wednesday, February 3, 2016

YOSEFAT WENARDI, Pemilik SECCO GUITAR AND STRING INSTRUMENTS, : Gitar Produk Lokal Kualitas Dunia





Darah seni pada diri Yosefat Wenardi mendorongnya menekuni pembuatan alat musik gitar. Ia pun lalu mendirikan Secco Guitar and String Instruments dengan menggandeng seorang guitar luthier kawakan dari Bandung, Jawa Barat. Awalnya, gitar produksi Secco dibuat secara massal, tapi akhirnya hanya diproduksi sesuai pesanan dengan kualitas kelas wahid. Sebagian diekspor ke belasan negara.

Yosefat Wenardi atau akrab dipanggil Wen ini sudah tertarik dengan musik sejak sekolah dasar, sekitar tahun 1970-an. Maklum, keluarga besarnya adalah pemusik sekaligus pecinta musik, dari musik keroncong hingga pop. Wen pun belajar gitar dari pamannya. Untuk menyalurkan kecintaannya pada musik, Wen bersama temannya sempat pula mendirikan sebuah band.

Pada 1983, seiring waktu, keinginan mengasah kemampuan bermusik ?dihentikan? tatkala Wen harus melanjutkan kuliah di Jurusan Mesin pada kampus Institut Teknologi Nasional (Itenas), Bandung. Selepas kuliah, Wen sempat membuka bengkel mobil selama beberapa tahun. Namun, hatinya kurang mantap. Hingga pada tahun 1999, Wen merintis usaha sebagai luthieratau pembuat gitar. Awalnya, Wen belajar sendiri proses pembuatan gitar selama 2-3 tahun sampai benar-benar mahir.

Modal awal mendirikan Secco Guitar hanya Rp 10 juta untuk membeli bahan baku serta alat-alatnya. Namun proses itulah yang membuat hati Wen merasa kerasan dan cocok dengan usaha yang digelutinya. Waktu itu, bapak dua anak ini mengakui sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang pembuatan gitar.

Untuk mengasah kualitas gitarnya, pada tahun 2000 Wen mengajak seorang guitar luthier kawakan dari Bandung, Ki Anong Naeni. Pertemuan dengan Ki Anong sebenarnya bukan kesengajaan. Sebagai maestro pembuat gitar, Ki Anong yang waktu itu berusia 70 tahun ingin mewariskan ilmunya. Ki Anong ingin melestarikan tehnik pembuatan gitar kepada dirinya.

Jauh sebelum mendirikan Secco, Ki Anong Naeni sudah mendirikan industri gitar bermerek Genta pada tahun 1957. Anong mengajari para calon-calon perajin gitar, termasuk Wen, hingga mereka mahir membuat sebuah gitar dengan kualitas yang baik. Sebagai murid, Wen tekun belajar dari Ki Anong Naeni yang piawai merancang gitar itu.

Wen dan Ki Anong mengawali pembuatan gitar khas Secco secara manual pada November 2000. Gitar merek Secco berbahan baku dari kayu pilihan asal Majalaya dan Banjaran, yakni jenis kayu sonokeling, ki pait, mahoni, kayu pohon nangka, serta pohon lokal lain.

Untuk pembuatan sebuah gitar, mesti melalui sepuluh tahapan. Pertama, tahapan proses perencanaan desain, penyediaan bahan baku, pemilahan kerja untuk bagian depan gitar (top), belakang (back), samping (side), dan gagang (neck). Kalau sesuai teori, membuat gitar itu menghabiskan waktu 150 jam. Namun, kalau dilakukan oleh banyak orang sesuai deskmasing-masing, bisa dipangkas sampai 50 jam per gitarnya.

Berkat ketekunan, gitar Secco buatan Wen dan Ki Anong mulai diminati para pemusik,-rata-rata masih pemusik lokal- maupun pemain gitar amatir. Pesanan datang dari beberapa daerah. Pada tahun itu juga Wen membuka office and workshop di Jalan Tanjung No 13, Bandung. Dengan tempat khusus, usahanya diyakini akan terus berkembang. Dan ternyata, mimpi tersebut kelak menjadi kenyataan.

Tak cepat puas, Wen terus mengembangkan usahanya dengan terus membuat produk-produk gitar terbaru. Pria penyuka jalan-jalan ini terus mencari referensi produk agar lebih baik lagi. Nama gitar Secco buatan Wen dan Ki Anong pun semakin harum di kalangan pecinta gitar di Indonesia. Jenis gitar yang fokus diproduksinya mulai dari classic guitar, folk guitar, dreadnought style, double/triple O, serta travel guitar. Sesekali, keduanya juga memproduksi biola.

Harga gitar produk Secco berkisar Rp 400 ribu hingga Rp 3 juta per unit, tergantung jenis dan bahan yang diproduksi. Ciri dari gitar Secco ini memiliki keunikan khas, terutama produksinya yang terbatas.

Untuk mengasah kualitas gitar Secco, Wen sengaja belajar langsung pada seorang luthier dari kota Granada, Andalusia, di Spanyol, dan Kanada pada tahun 2010. Ia ingin melihat langsung proses pembuatan gitar kelas dunia. Pembuatan gitar sudah menjadi kebudayaan di dua negara itu.

Sepulang dari Eropa, wawasan Wen di bidang gitar pun bertambah. Dia semakin terpacu memproduksi gitar-gitar kelas dunia. Jumlah produk gitar Secco mulai dibatasi. Wen dan Ki Anong pun semakin memperhatikan bahan bakunya. Wen mulai membeli bahan baku kayu impor seperti african black wood, snake wood, dan zebra wood. Menurut Wen, kualitas dari bahan kayu tersebut sangat cocok untuk menghasilkan suara yang bagus, kuat, dan memiliki karakter tertentu. Meski demikian, Wen pun tak lupa menggunakan bahan kayu lokal dari Indonesia, seperti Indonesian rose wood, mahogany, dan Makassar ebony serta kayu Irian. Kualitas bahan baku lokal ini juga sama bagusnya dibanding dari impor. Wen menjelaskan, kayu yang bagus adalah kayu yang kadar airnya sekitar 12-14 persen.

Karena ingin menghasilkan gitar berkualitas, Wen pun mulai membatasi produksinya. Segmen penjualan gitar Secco diarahkan untuk kalangan penggemar gitar menengah ke atas, terutama pemusik nasional dan dunia. Meski dibuat secara homemade dan membutuhkan waktu 250 jam kerja, kualitas gitar Secco tak kalah dibandingkan dengan produksi industri.

Karena dikerjakan dengan teliti, Wen dan karyawannya hanya mampu menghasilkan sekitar 10 gitar dalam sebulan. Namun, harga yang ditawarkan semakin tinggi. Wen memang sudah tidak memproduksi gitar secara massal (komersil). Kini ia hanya fokus pada pembuatan gitar berkualitas tinggi. Dengan gitar berkualitas, kelas wahid, serta untuk pasar ekspor, harga gitar Secco kini berkisar Rp 3 juta hingga Rp 40 juta per unit.

Pada 2006, Ki Anong yang sekaligus menjadi gurunya itu mengundurkan diri dari Secco. Ki Anong mengaku ingin mengasah kemampuan di tempat lain. Sepeninggal Ki Anong, Wen pun tetap terus mencoba untuk meningkatkan kualitas produksi gitarnya menjadi lebih baik dan berkualitas.

Pada 2011, sejumlah jenis gitar produk Secco mulai dipamerkan di Singapura dan Malaysia. Di dua negara ini, pesanan lalu muncul dari Turki dan Selandia Baru. Kualitas produk gitar Secco semakin dikenal para pemusik nasional maupun internasional. Hingga akhir September 2013, sejumlah jenis gitar Secco dikoleksi sekitar 250 pemusik (baik gitaris maupun musisi). Di antaranya adalah Iwan Fals dan Sawung Jabo.

Iwan Fals memiliki tiga gitar akustik produksi Secco. Gitar itu dibelinya dengan harga 2.500 dolar AS sampai 4000 dolar AS per unit. Iwan Fals kebetulan memang suka dengan produk-produk buatan Indonesia.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memang menyenangi musik dan mencipta lagu pun juga menjadi salah satu yang mengoleksi gitar merek Secco. Tipe gitar yang dimiliki SBY adalah Steal Dreadnought. SBY membeli gitar produknya tahun 2004, yang mana pada saat itu harganya masih 1.500 dolar AS. Apresiasi yang diberikan kepala negara dan penyanyi terkenal itulah yang sangat membanggakan dirinya sekaligus tantangan untuk menghasilkan karya yang lebih baik.

Kini, sejumlah gitar Secco sudah dipesan sejumlah musisi dan konsumen berbagai negara, di antaranya Jepang, Malaysia, Jerman, Amerika Serikat, Selandia Baru, Jerman, Singapura, Kanada, dan Prancis. Ia pun juga selalu turut serta dalam Pameran Produksi Indonesia, sebagai upaya mempromosikan gitar lokal berstandar dunia. Wen juga kini semakin bangga produk gitar asal Bandungnya semakin dikenal di pasar Internasional.




amura courier : layanan jasa kurir untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Cepat, professional, dan bertanggung jawab. Tlp & sms : 085695138867





reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/10/yosefat-wenardi-pemilik-secco-guitar.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment