Sunday, January 31, 2016

AGATHA SIMANJUNTAK-ELLIS, Pemilik James and Daughter, Produk Perhiasan Rambut Khas Indonesia Yang Mendunia




Meski mengenyam sebagian besar pendidikan formal di Amerika Serikat, Agatha Belinda Simanjuntak tetap memiliki hasrat yang besar terhadap seni dan tradisi Indonesia. Saat ini ia sedang serius memperkenalkan hair jewelry khas Sumba nan anggun kepada dunia dengan mendirikan James and Daughter (JaD).

JaD merupakan produk hair jewelry yang memang terinspirasi dari tusuk rambut tradisional Sumba. Awanya, Agatha mendapat inspirasi memulai JaD di tahun 2009. Saat itu, bersama sang suami, JP Ellis, ia sedang menikmati masa bulan madu dengan berjalan-jalan ke tanah Sumba. Di sana ia melihat penduduk setempat banyak yang mengenakan aksesori rambut yang menurutnya sangat anggun. Aksesori itu terbuat dari tanduk kerbau dan diukir dengan tangan. Meski nampak sederhana dan polos, namun baginya aksesori itu sangat cantik.

Dari inspirasi itulah, akhirnya ia berpikir untuk membuat produk hair jewelry yang lebih high-end. Bahan tanduk kerbau yang digunakan melalui proses pemahatan dan pemolesan yang serius hingga hasilnya lebih mengkilap, kemudian dihias dengan perhiasan perak dan emas 18 karat. Selain itu Agatha juga menambahkan bebatuan permata seperti berlian, emerald, dan rubi. Produk itu kemudian ia pasarkan di Amerika Serikat.

Ia mulai memasarkan produk JaD di New York dengan menawarkannya dari pintu ke pintu. Untungnya sang suami dulunya mengenyam pendidikan di New York hingga sudah tahu banyak soal kota itu. Dengan membawa peta kota New York yang dibawanya sejak turun dari pesawat, mereka memasuki setiap toko perhiasan yang ditemui untuk menawarkan produk JaD.

Beruntung, kebanyakan pemilik toko yang ditemui menerima mereka dengan hangat, dan memberikan komentar soal produk mereka yang dikerjakan dengan bagus dan halus. Kendalanya hanyalah, bahwa saat itu hair jewelry juga merupakan konsep yang baru bagi industri perhiasan di Amerika Serikat. Umumnya, masyarakat di sana lebih akrab dengan hair accessories yang biasanya terbuat dari plastik dan dibuat pabrikan. Maka, toko-toko perhiasan itu pun juga bingung mau menempatkan produk JaD di mana.

Terlebih untuk toko-toko yang berskala besar, mereka mempunyai birokrasi yang biasanya mengatur sangat ketat tentang spesifikasi produk. Oleh karena itulah, Agatha bersama sang suami lebih memilih memarkan produknya ke beberapa butik perhiasan yang lebih kecil dan longgar peraturannya.

Saat ini, sudah ada beberapa butik di Amerika Serikat yang menjual produk-produk JaD. Bahkan produk JaD sempat pula di-review oleh majalah gaya hidup Conde Nast Traveler US Edition. Di majalah itu juga diperagakan cara mengenakan tusuk rambut JaD dengan elegan. Terbitnya artikel itu pun mampu menaikkan penjualan JaD, karena orang jadi semakin tahu cara memakainya.

Nama James and Daughter sengaja dipilih Agatha sebagai bentuk penghormatan kepada ayahnya, James Simanjuntak. Sebagai anak bungsu, Agatha memang sangat dekat dengan ayahnya. Baginya, sang ayah adalah inspirasi hidupnya sekaligus orang yang sangat istimewa. Ayahnya adalah orang pertama dari kampungnya yang mendapat beasiswa untuk menuntut ilmu di Institut Teknologi Bandung (ITB). Lulus dari ITB, Ayahnya sukses bekerja di Departemen Perindustrian. Ayahnya juga seseorang yang sangat bangga akan Indonesia dan prinsip Bhineka Tunggal Ika. Kepribadian itulah yang sangat menginspirasi Agatha.

Agatha yang lahir di Surabaya, 4 Februari 1976, sempat mengenyam pendidikan di Jakarta. Namun pada saat kelas 3 SMP ia pindak ke Amerika Serkat, hingga kemudian berkuliah di California Institute of the Arts mengambil jurusan Character Animation. Setelah itu, ia melanjutkan lagi kuliah di Fashion Institute of Design and Merchandising.

Selama beberapa waktu ia pernah bekerja sebagai fashion stylist di berbagai media di Amerika Serikat. Kembali ke Indonesia, ia pun melanjutkan kariernya sebagai fashion stylist untuk sebuah majalah gaya hidup selama setahun. Setelah itu ia pindah ke Bali dan bekerja di John Hardy, salah satu perusahaan perhiasan terbesar di Indonesia. Di situlah ia dan JP Ellis bertemu, hingga kemudian menikah.

Meski lama tinggal di luar negeri, ternyata tak membuat Agatha lupa dengan tradisi Indonesia. Justru malah kebalikannya. Buatnya, lantaran berada di luar Indonesia, ia jadi semakin bisa melihat kekayaan tradisi Indonesia dari perspektif orang luar. Apalagi sejak kecil, orang tuanya selalu menunjukkan kecintaan mereka kepada seni tradisional Indonesia. Sang Ibu misalnya, gemar mengoleksi kain ulos dan batik. Selain itu ibunya juga sangat suka barang-barang antik. Jadi sejak kecil ia sudah terbiasa menganggap koleksi ibunya sebagai sesuatu yang indah dan berharga.

Bahkan rasa cinta terhadap tradisi Indonesia mampu ditularkannya kepada sang suami. Setiap merencanakan liburan, suaminya lebih senang pergi ke berbagai daerah di Indonesia. Mereka pun lebih senang menjelajah ke Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Kalimantan, dan Yogyakarta daripada menikmati liburan ke Bangkok atau Singapura. Suatu saat nanti, Agatha pun ingin mengambil budaya Dayak atau suku lain sebagai inspirasi desain produk-produk JaD. Karena memang masih banyak kebudayaan Indonesia yang bisa dieksplorasi.

Di setiap keeping produk JaD yang dihasilkan, Agatha memang selalu ingin ada misi melestarikan kebudayaan Indonesia. Beberapa desain JaD memang berdasarkan tusuk rambut asli Sumba, tapi beberapa lainnya benar-benar original, kendati inspirasinya tetap dari kebudayaan Sumba. Seperti dari ikat, rumah, totem dan lain-lain. Melalui JaD Agatha pun mencoba melestarikan seni mengukir itu sendiri. Apalagi saat ini sudah jarang sekali anak-anak muda yang menguasai seni ukir.






Di Indonesia keberadaan perajin ukir memang sudah mulai berkurang lantaran anak-anak mudanya lebih suka bekerja di pabrik atau toko. Ada perasaan takut di hati Agatha jikalau seni ukir ini lama kelamaan akan hilang. Terlebih, pemerintah juga sepertinya sangat kesulitan mendukung dan menjaga keberadaan para seniman ukir itu.

Namun Agatha menyadari bahwasanya James and Daughter hanyalah sebuah perusahaan perhiasan kecil yang tidak mungkin bisa melakukan pemberdayaan secara besar terhadap keberadaan seni ukir. Namun paling tidak, yang bisa dilakukannya adalah dengan memperkenalkan perhiasan rambut yang cantik, chic, dan kaya akan budaya Indonesia untuk dihargai oleh wanita dari seluruh dunia.

Agatha pun juga berencana memasarkan produk JaD di Indonesia. Tapi kebanyakan orang Indonesia sering mengira, jika sebuah produk dibuat di dalam negeri, maka harganya akan murah. Sementara JaD adalah produk perhiasan high-end yang sama sekali tidak murah. Baginya, nilai dari setiap produk-produk JaD sangatlah mahal. Bukan saja karena seluruh produk dipahat dan diukir dengan tangan, tapi juga dipasangi perak, emas, dan batu permata.



Untuk membuat satu keping tusuk rambut JaD dari tanduk yang diambil dari kerbau yang sudah mati, butuh waktu sampai 3 hari. Perajin yang membuatnya pun berasal dari Bali dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Agatha. Mereka membuat seluruh produk itu dengan sepenuh hati dan sepenuh cinta.

Di Amerika Serikat, Agatha menjual produk JaD dengan kisaran harga 400-1000 dolar AS. Dengan penjualan yang terus meningkat, ia pun berharap akan ada banyak kesempatan untuk melakukan ekspansi.

Contact JaD : http://www.jamesanddaughter.com/


amura courier : layanan jasa kurir untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Cepat, professional, dan bertanggung jawab. Tlp & sms : 085695138867


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/10/agatha-simanjuntak-ellis-pemilik-james.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment