Sunday, January 31, 2016

FLORENCE CHERYL CHANDRA, Menggapai Mimpi Menjadi Fashion Kids Desaigner Ternama




Anak kedua dari tiga bersaudara asal Surabaya ini memiliki talenta luar biasa di dunia mode. Setamat SMP di Surabaya, ia sengaja tak melanjutkan ke SMA namun memilih kursus merancang busana demi mewujudkan mimpinya menjadi desainer yang mampu go international. Sejak kecil ia memang sudah bercita-cita ingin menjadi desainer terkenal yang bisa melahirkan karya-karya yang bagus. Didukung kedua orang tua dan semangatnya yang luar biasa, akhirnya ia pun berhasil menggapai mimpinya menjadi fashion kids designer ternama dan memiliki pelanggan hingga ke luar negeri.

Keputusannya untuk tidak melanjutkan ke SMA memang cukup berani. Bagi anak seusianya kala itu, memang agak janggal tidak melanjutkan sekolah dan malah memilih kursus. Namun baginya hal itu bukan suatu masalah. Justru ia meyakini akan lebih efektif jika memperdalam bidang fashion sejak dini, daripada harus menunggu sampai tamat SMA. Toh, tujuan akhirnya memang ingin terjun ke dunia mode. Tekadnya pun makin mantap ketika kedua orang tuanya, Suwito Chandra dan Annie Chandra, sangat mendukung keputusannya. Walaupun pada akhrinya Florence tetap mengikuti home schooling setingkat SMA.

Di tempat kursus itu, tentu saja Florence menjadi siswa paling muda. Teman-temannya yang lain rata-rata sudah lulus sarjana atau minimal masih kuliah, sementara ketika itu ia masih berusia 15 tahun. Maka tak heran, setelah mengikuti pendidikan selama 20 bulan, ia menjadi lulusan termuda.

Di tempat kursus yang diikutinya itu, materi yang diajarkan adalah mendesain busana orang dewasa. Florence baru mencoba fokus ke busana anak setelah lulus dari sana, dan magang pada seorang desainer busana dewasa di Surabaya. Dari situlah ia terpikir ingin memiliki kemampuan yang berbeda dengan desainer yang lain. Menjadi desainer busana dewasa, sudah biasa dan banyak pesaingnya. Akhirnya ia memutuskan menjadi desainer yang mengkhususkan pada busana atau gaun anak.

Kebetulan Florence juga sangat suka dengan dunia anak. Baginya, dunia anak adalah dunia yang sangat menyenangkan, sebuah dunia yang penuh keceriaan dan optimisme. Dan yang perlu diingat, anak-anak pun juga perlu tampil fashionable. Karena anak selalu ingin tampil bak princess. Ingin menjadi pusat perhatian ketika tampil di depan banyak orang, antara lain di sebuah pesta saat mendampingi ayah dan ibunya.

Secara kebetulan, pertama kali punya ide menjadi desainer khusus gaun anak di tahun 2005, di Surabaya nyaris belum ada desainer yang mengkhususkan diri ke gaun anak. Yang ada, para desainer gaun dewasa yang kemudian membuat ukuran busananya menjadi kecil untuk dipakai anak-anak.

Tentu saja itu sangat berbeda dengan pakem desain busana anak yang diterapkannya. Mulai dari bahan, warna, sampai cara membuat gaun anak sangat berbeda dengan gaun untuk orang dewasa. Baju anak-anak harus terlihat ceria dan colorfull. Sementara gaun dewasa tak perlu terlalu berwarna. Belum lagi dari pemilihan bahan dan sisi kenyamanan ketika dipakai si anak, harus sangat diperhatikan.

Kalau gaunnya tak nyaman dipakai, si anak pasti akan buru-buru minta segera melepas baju dan enggan memakainya lagi. Untuk bisa membuat gaun yang nyaman buat anak, tentu yang pertama kali perlu dipikirkan adalah pemilihan bahannya yang harus lembut. Misalnya, meski berbulu tapi tidak membuat kulit gatal dan jangan terlalu berat.

Untuk proses fitting-nya saja, bisa sampai perlu dilakukan sebanyak 10 kali, berbeda bila dibandingkan fitting untuk baju orang dewasa. Karena, saat proses fitting terkadang si anak tidak mau diam, suka berlari-lari, sampai ia capek menungguinya. Tapi sebaliknya, kalau gaun pesanannya sudah jadi kemudian dicoba dan merasa pas juga nyaman di badan, si anak biasanya akan menangis kalau bajunya dilepas. Di situlah sisi uniknya mengurusi dunia anak.

Setelah memutuskan menjadi desainer khusus baju anak, Florence pun mulai mendesain baju-baju anak, kemudian membuka butik di Pasar Atom, Surabaya. Oleh karena masih merintis, tentu ia juga harus mau melakukan strategi 'jemput bola'. Ia tidak sekedar menunggu orang-orang datang ke butiknya, tapi justru ia yang mendatangi tempat para pemesan untuk melakukan fitting ketika ada pesanan.

Pertama kali membuka butik, memang masih sedikit sekali pesanan yang datang. Apalagi ketika itu ia tidak memiliki tukang jahit, hingga semuanya ia kerjakan sendiri. Dari mulai fitting, membuat pola, memotong kain, sampai menjahitnya. Tapi lantaran pekerjaan itu bagian dari hobinya, semuanya ia lakukan dengan perasaan senang, semangat, dan tanpa beban.

Awal perjalanan karir Florence sebagai desainer busana anak memang tidak selalu berjalan mulus. Ia pun turut melalui proses jatuh dan bangun. Di awal membuka usaha, ia juga sering dikomplain costumer. Misalnya, desain bajunya dianggap kurang bagus dan masih banyak lagi. Bahkan, ia pernah sampai menangis ketika ada seorang ibu yang kurang suka dengan hasil kerjanya, dan menyampaikannya sambil marah-marah.

Tapi seiring waktu, semua itu justru menjadi koreksi baginya untuk bisa membuat karya yang lebih bagus lagi. Dan setelah sempat membuka butik selama dua tahun di Pasar Atom, lalu usahanya makin dikenal, pada 2009 ia memindahkan butiknya ke Wisata Bukit Mas sampai sekarang.

Karakter desain karya Florence terlihat dari warnanya. Warna gaun anak yang ia desain pasti berwarna pastel, bukan yang ngejreng. Menurutnya, warna pastel akan memberi kesan mewah dan anggun pada gaun. Jadi, saat ini sebagain orang sudah tahu, yang mana hasil karya desainnya.

Selain mendesain baju untuk anak perempuan, Florence juga mendesain baju untuk anak laki-laki. Namun untuk baju anak perempuan, ia selalu membuatkan gaun beserta mahkotanya atau hiasan rambut yang disesuaikan dengan gaun yang dikenakan. Untuk hiasan bunga-bungaan di kepala si anak, bisanya ia membuatnya dari kain perca sisa dari kain bajunya, sehingga warna dan coraknya bisa sepadan.


Meski membuat baju untuk anak, bukan berarti kain yang dibutuhkan relatif sedikit. Ukuran kain yang dibutuhkan tergantung dari desainnya. Florence mencontohkan, dia pernah membuat baju pesta anak sampai menghabiskan kain tule sepanjang 80 meter dengan lebar 1,5 meter. Kain itu ia gunting beberapa senti meter memanjang. Lembaran-lembaran kain itu lalu ia bentuk bersusun sampai melingkar ke bagian bawah. Agar tidak gatal saat dipakai, bagian dalamnya ia beri lapisan kain halus. Sehingga ketika dibuat jalan, rasanya tetap nyaman saat bergesekan dengan kulit.

Oleh karena gaun anak karyanya harganya cukup mahal, agar bisa dikenakan untuk waktu yang agak lama, di bagian dalam setiap gaunnya ia modifikasi sedemikian rupa hingga bisa tetap dikenakan meski tubuh si anak makin membesar bersamaan dengan bertambahnya usia.

Baju anak memang sangat beragam bentuknya. Untuk mendapatkan inspirasi dalam mendesain baju anak, Florence bisa mendapatkan ide desain dari mana saja. Tapi terkadang kalau sudah sibuk dengan rutinitas, ide yang keluar dari otaknya suka macet juga. Kalau sudah begitu, biasanya ia melepaskan rutinitas sejenak dengan travelling atau browsing internet. Dari situlah biasanya ia akan mendapatkan ide-ide segar lagi. Florence biasanya memilih travelling ke tempat-tempat yang ada kebun bunganya. Dari melihat satu bunga yang cantik, ia akan menemukan ide yang bisa diterapkan ke salah satu desainnya.

Rata-rata dalam sebulan, Florence bisa menerima sekitar 20-an pesanan dress anak. Biasanya setiap masuk bulan September sampai November bisa berkali lipat, karena bertepatan dengan musim pesta, entah pernikahan atau lainnnya. Untuk mendukung pekerjaannya ini, sekarang ia sudah dibantu oleh 11 karyawan. Dan harga gaun anak karyanya, mulai dari Rp 3,8 juta hingga tak terbatas, sesuai dengan model dan bahannya.

Selain dari berbagai wilayah di Indonesia, ada pula beberapa customernya yang berasal dari luar negeri, seperti Singapura dan Australia. Ini ibarat mimpinya yang menjadi kenyataan. Kelak ia pun tak hanya ingin eksis di tanah air saja, tapi juga bisa menjadi desainer busana anak yang benar-benar go international.

Selain hobi mendesain gaun anak, Florence juga masih memiliki hobi lain yang tak jauh dari dunia seni. Ia suka melukis. Dulu, semasa masih SMP ia pernah beberapa kali mendapat penghargaan internasional untuk melukis. Misalnya dari UNESCO atau dari pemerintah negara India.

Kegiatannya saat ini selain menekuni dunia desain, ia juga kerap diundang menjadi pembicara sebagai young entrepreneur di berbagai acara, salah satunya di Universitas Ciputra Surabaya. Di kesempatan itu ia diminta menularkan pengetahuan tentang ilmu kewirausahaan yang dimilikinya kepada para mahasiswa.

Resep sukses Florence sederhana saja. Untuk bisa menjadi sukses ia harus menjadi pribadi yang tahan banting dan pantang menyerah. Kalau yakin akan sebuah pilihan, jalankan dengan sepenuh hati. Dan harus tetap tegar meski banyak rintangan di tengah jalan.


CONTACT FLORENCE CHERYL CHANDRA :






Lihat gallery produknya di : www.cherylchandra.com






reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2013/12/florence-cheryl-chandra-menggapai-mimpi.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment