Saturday, January 23, 2016

INEZ MARDIANA : KEMBANGKAN KEBAYA BORDIR DENGAN MOTIF LEGENDA BETAWI




Usia boleh sepuh, tapi semangat desainer Inez Mardiana untuk mengembangkan kebaya bordir tak pernah padam. Inez menjadikan sebagian rumahnya yang luas di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, sebagai gerai kebaya bordir. Terpajang di sana, kebaya encim dengan bordir cantik. Sebagian di antaranya bordir dengan tema khusus. Namun, yang menarik perhatian publik adalah ketika beberapa tahun lalu, ia menggali dan menggaungkan kebaya bordir tema Betawi. Salah satu koleksinya di gerai itu terlihat motif bordir sebuah keluarga Betawi, ada gambar enyak, babe, dan anaknya. Ada lagi bordir bergambar penari yapong, sebuah tarian karya mendiang empu tari Bagong Kusudiardja yang dipentaskan dalam rangka memeriahkan ulang tahun Jakarta tahun 1975. Di bagian belakang rumahnya, ada workshop tempat beberapa pengrajin mengerjakan busana, dari mulai menjahit hingga membordir.

Inez bercerita, awalnya ia fokus ke kebaya encim. Namun belakangan ada juga permintaan membuat kebaya kurung, pesanan dari Sumatera Barat. Selain itu, secara berkala Inez kerap diminta menggelar peragaan busana di beberapa tempat. Yang masuk ke jadwalnya, dalam sebulan bisa ada dua permintaan. Ada yang datang dari hotel berbintang, ada pula yang dari mal besar di Jakarta. Dalam satu pagelaran, biasanya ia menyiapkan satu tema khusus dengan 8 busana. Biasanya, pihak pengundang menyerahkan sepenuhnya kepada Inez. Perempuan asal Temanggung, Jawa Tengah ini juga beberapa kali ikut dalam Jakarta Fashion Week. Ia hanya sekali absen mengikuti even itu pada tahun 2014. Inez mengaku, setelah suaminya Ismawan Haryono meninggal tahun 2012, ia sempat tidak ada semangat untuk terus berkarya. Mau melangkah ke luar rumah saja rasanya susah. Namun, setelah mendapat teguran dari anak tunggalnya, ibu satu anak dan nenek dua cucu ini, berusaha untuk semangat kembali.




Karya Inez menarik perhatian publik ketika tahun 2012 dalam ajang Jakarta Fashion Week, ia menampilkan gelar busana kebaya encim bordir dengan motif ikon legenda Betawi. Karyanya itu menarik perhatian publik. Inez memang ingin menampilkan sesuatu yang baru dengan mengeksplorasi budaya Betawi yang saat itu belum ia temukan di motif bordir. Inez memang lahir di Jawa Tengah, tapi menghabiskan puluhan tahun hidupnya di Jakarta. Oleh karena itulah, ia ingin mendarmabaktikan kreasinya untuk masyarakat Jakarta. Ia tergerak untuk ikut menaikkan kembali budaya Betawi. Menurut Inez, beberapa pengamat busana menyebutkan bahwa karyanya menciptakan inovasi. Kala itu, ia mengkombinasikan kebaya encim bordir dengan sarung kain batik Pekalongan. Untuk kebaya, ia mengandalkan bordir karya pegawainya, sedangkan untuk sarung corak batik, ia memesan khusus ke Pekalongan.

Inez mengungkapkan, selama ini ia memang mengkonsepkan karya dengan memadupadankan kebaya bordir dengan bawahan sarung corak batik. Dan, ia menyatukannya dalam sebuah benang merah tema. Misalnya, ketika ia membuat kebaya dengan bordir Pitung, maka batiknya pun bergambar Pitung. Dari sekian banyak ikon Betawi, Inez memang memilih yang paling dikenal publik. Sebelumnya ia mempelajarinya lewat buku. Ketika ia membuat bordir si Pitung, maka ia harus mempelajari siapakah si tokoh Pitung itu ? Ternyata si Pitung adalah tokoh yang pintar mengaji, jago bela diri, dan dianggap pahlawan karena memerangi penjajahan. Nah, dari karakter si Pitung inilah, Inez menuangkannya dalam karya bordir. Selain itu Inez juga pernah mengeksplorasi motif Betawi lainnya seperti ondel-oncel dan corak wayang Betawi.



Dalam pagelaran busana itu Inez menggunakan beragam bahan. Mulai dari katun, sutera, nilon, atau polyester. Ia tentu saja memang memilih bahan yang nyaman dipakai. Karyanya pun cukup menarik perhatian beberapa media. Bahkan beberapa majalah wanita meminjam koleksi kebayanya, untuk ditampilkan di medianya. Selanjutnya, banyak pelanggan baru yang mendatangi butiknya. Namun, permintaan yang banyak itu tidak diimbangi dengan tenaga kerjanya yang masih terbatas. Apalagi, hasil kerjanya tidak bisa terburu-buru. Karya Inez benar-benar homemade. Bordir buatannya nampak halus dan hidup, dan terlihat tiga dimensi. Karena itulah dibutuhkan waktu pengerjaan yang relatif lama.

Meski begitu, Inez juga menyediakan kebaya bordir yang lebih massal. Tentu saja, bordir dengan mesin highspeed ini lebih kasar bila dibandingkan dengan yang lebih manual. Harganya tentu saja lebih murah. Harga kebaya bordir Inez sendiri berkisar mulai Rp 350.000 sampai jutaan rupiah. Harga tersebut belum termasuk ongkos jahit. Inez memang lebih banyak menyediakan bahan saja, dan sudah memiliki karyawan khusus jahit. Jadi boleh dibilang, karyanya lebih personal.

Dikisahkan Inez, sebelumnya ia membuka usaha jahit biasa dengan bendera Jasmine Teas. Usahanya terbilang maju. Ia pernah mendapat pesanan membuat seragam dari berbagai kantor. Namun, pada tahun 1985 Inez lebih fokus ke bordir. Saat itu bordir belum begitu berkembang, dan ia ingin mengangkatnya lagi. Apalagi semasa remaja ia sudah senang memakai kebaya bordir. Inez pun memilih kebaya encim, yang lahir dari akulturasi kebudayaan Tionghoa, dengan kreasi bordir yang menurutnya tidak hanya yang itu-itu saja. Ia ingin membuat corak yang lebih beragam. Ia memulai dengan seorang tukang bordir. Sebelumnya Inez mangaku, tidak mudah mencari pembordir yang kualitasnya bagus. Sampai kemudian ia bisa bertemu pembordir yang cocok, Pak Uli dari Tasikmalaya.

Dengan desain-desain bordir yang lebih fresh, kebaya karya Inez tidak terkesan hanya untuk orangtua. Ia juga ingin karyanya bisa merangkul anak-anak muda. Untuk anak muda, kebaya tersebut bisa dipadu dengan celana panjang. Untuk menghasilkan kualitas bordir yang bagus, Inez mempelajari detail setiap pola jahitan dan bordir kebaya. Lewat karyanya ini, Inez ingin meneruskan dan mengembangkan warisan budaya nenek moyang kita, dan berharap anak-anak muda juga bisa menyukai kebaya.



Usaha Inez berkembang. Bahkan, ia pernah mendapatkan pesanan dari Singapura. Inez pun jadi paham, bahwa orang Singapura menyukai warna merah dan kuning. Sebaliknya, mereka tidak suka warna biru tua karena warna tersebut di sana identik dengan duka cita. Ia pun pernah mendapat pesanan kebaya bordir untuk acara perkawinan. Inez yang pelanggannya memang datang dari berbagai kalangan ini pun berjanji, akan terus menggeluti bordir sampai ia tak mampu lagi. Kasihnya kepada bordir memang sepanjang masa.


reff : http://indonesiaenterpreneur.blogspot.com/2015/01/inez-mardiana-kembangkan-kebaya-bordir.html


Related Post :


Loading...


No comments:

Post a Comment